BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seperti kita ketahui bahwa alam telah menyediakan makanan yang paling sesuai untuk bayi, yaitu ASI. Bagi anak, menerima ASI merupakan sebuah kebutuhan yang tak boleh terputus. Sebagaimana tercantum dalam Konvensi Hak-hak Anak tahun 1990 antara lain menegaskan bahwa tumbuh kembang secara optimal merupakan salah satu hak anak. Yang berarti selain ASI merupakan kebutuhan, juga merupakan hak asasi bayi yang harus dipenuhi oleh orang tuanya (Sastroasmoro,. 2007).
Modal dasar pembentukan manusia berkualitas dimulai sejak bayi dalam kandungan disertai dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) sejak usia dini, terutama pemberian ASI eksklusif (Sofyan, 2005).
Asi ekslusif adalah pemberian ASI (air susu ibu) sedini mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi makanan lain, walaupun hanya air putih, sampai bayi berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan, bayi mulai dikenalkan dengan makanan lain dan tetap diberikan ASI sampai bayi berumur 2 tahun (Purwanti, 2004).
Dalam Al Quran surat Al Baqarah ayat 223 juga secara eksplisit dianjurkan agar para ibu memberi ASI sampai bayi berusia 2 tahun.Dan sudah sejak lama juga organisasi kesehatan dunia (WHO) menganjurkan pemberian ASI eksklusif, yakni ASI saja tanpa tambahan apapun, selama 6 bulan (Pujiarto, 2005).
Berbagai kepustakaan menginformasikan bahwa pada waktu dilahirkan, jumlah sel otak bayi telah mencapai 66% dan beratnya 25% dari ukuran otak orang dewasa, priode pertumbuhan otak yang paling kritis dimulai sejak janin sampai anak berusia 2 tahun, jadi apabila pada masa tersebut seorang anak menderita gizi dapat berpengaruh negatif terhadap jumlah dan ukuran sel otaknya, dalam hal ini pemberian ASI hingga 2 tahun sangat dianjurkan (Krisnatuti & Yenrina, 2000).
Analisis gizi telah memperlihatkan bahwa Asi mengandung semua zat gizi yang diperlukan bayi dalam bulan-bulan pertama kehidupannya. Yaitu : kalori, protein, lemak, air, mineral, vitamin dan lain-lainnya terdapat dalam jumlah yang cukup dengan komposisi yang seimbang (Sastroasmoro, 2007).
Selain mengandung banyak gizi, ASI juga mudah dicerna bayi dan bersifat steril (tidak mengandung kuman). Pemberian ASI juga mempunyai efek emosional luar biasa yang mempengaruhi hubungan batin ibu dan anak serta perkembangan jiwa anak.
Bayi yang tidak mendapat ASI beresiko kekurangan gizi, lantaran selain tidak dilengkapi oleh zat kekebalan, susu formula dibuat dengan takaran yang belum tentu seluruhnya sesuai dengan kebutuhan bayi (Nadesul, 2007).
Keputusan berhenti menyusui adalah pilihan masing-masing ibu. Usia menyapih biasanya 2 tahun, namun ada juga yang sampai 4 tahun atau lebih. Menurut beberapa penelitian komposisi ASI terus berubah hingga anak usia 2 tahun dan masih tetap mengandung nutrisi penting yang berguna untuk membangun system kekebalan tubuh anak.
Gencaran promosi susu formula menjadi penyebab menurunnya jumlah bayi yang mendapat Air Susu Ibu (ASI) secara ekslusif.
Hasil penelitian yang dilakukan di Biro Konsultan Anak di Rumah Sakit UGM Yogyakarta tahun 1976 menunjukkan bahwa anak yang disusui sampai dengan satu tahun 50,6%. Sedangkan data dari Survey Demokrasi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 1991 bahwa ibu, yang memberi ASI pada bayi 0-3 bulan yaitu 47% di perkotaan dan 55% di pedesaan (Depkes 1992) dari laporan SDKI tahun 1994 menunjukkan bahwa ibu-ibu yang memberikan ASI ekslusif kepada bayinya mencapai 47% sedangkan pada repelita VI ditargetkan 80% (Arifin Siregar, 2004).
Berdasarkan profil kesehatan di Puskesmas .............. tahun 2007 yang memberi ASI ekslusif sebesar 547 orang atau 38,6% dari 1468 ibu menyusui (Dinkes Kab. Lam-tim, 2007).
Desa Gondang Rejo merupakan bagian dari 6 kelurahan yang berada di kecamatan .............., Berdasarkan data presurvei di desa ...................... ditemukan jumlah ibu yang memiliki anak berusia < 2 tahun berjumlah 60 ibu. Dari 60 orang ibu tersebut terdapat 45 ibu yang tidak memberikan ASInya sampai umur 2 tahun, dan 15 ibu yang menyusui anaknya sampai umur 2 tahun.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah maka penulis membuat rumusan masalah penelitian sebagai berikut : Bagaimana gambaran ibu melakukan penyapihan anak kurang dari 2 tahun di desa ...................... ?
C. Ruang Lingkup Penelitian
1. Jenis penelitian : Deskriptif
2. Objek penelitian : Gambaran penyapihan anaknya kurang dari 2 tahun
3. Subyek penelitian : Ibu yang melakukan penyapihan anak kurang dari 2 tahun
4. Lokasi penelitian : Di desa ......................
5. Waktu penelitian : Mei-Juni 2009
6. Alasan penelitian : Masih banyaknya ibu yang menyapih anaknya di bawah 2 tahun di desa ......................
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran tentang ibu melakukan penyapihan anaknya kurang dari 2 tahun di desa .......................
2. Tujuan Khusus
a. Diketahui gambaran ibu yang melakukan penyapihan anak kurang dari 2 tahun dilihat dari pengetahuan.
b. Diketahui gambaran ibu yang melakukan penyapihan anak kurang dari 2 tahun dilihat dari karakteristik ibu (pendidikan, dan ekonomi, pekerjaan)
c. Diketahuinya gambaran ibu yang melakukan penyapihan anak kurang dari 2 tahun dilihat dari kehamilan.
d. Diketahui gambaran ibu yang melakukan penyapihan kurang dari 2 tahun dilihat dari cara penyapihan.
e. Diketahui gambaran ibu melakukan penyapihan anak kurang dari 2 tahun dilihat dari status gizi anak.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:
1. Manfaat bagi desa ......................
Merupakan bahan masukan didesa ...................... dalam meningkatkan program penyapihan sampai dengan 2 tahun.
2. Manfaat bagi ibu
Sebagai informasi dan dapat menambah wawasan serta pengetahuan ibu-ibu khususnya yang menyusui mengenai pemberian ASI sampai dengan umur 2 tahun.
3. Manfaat bagi peneliti selanjutnya
Sebagai informasi untuk penelitian selanjutnya.
Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran No.64
untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI
0 komentar:
Posting Komentar