Di dunia, kematian akibat kanker diperkirakan sekitar 4,3 juta pertahun 2,3 juta diantaranya ditemukan dinegara berkembang, sedangkan jumlah penderita baru sekitar 3,9 juta per tahun dan terdapat di negara berkembang sekitar 3 juta (Hidayati, 2001: 195).
Di negara maju insiden kanker payudara 87 per 100.000, angka kematiannya kira-kira 27 per 100.000 (Tambunan 1995 : 26). Di antara tumor ganas ginekologi kanker payudara menduduki tempat nomor 2 dari insiden semua tipe kanker di Indonesia. Data terbaru berdasarkan penelitian pada 13 laboratorium patologi anatomi di Indonesia menempatkan kanker serviks diurutan pertama dengan per evaluasi 18,62% disusul kanker payudara 11,22% dan kanker kulit 8,03% (Hidayati 2001 : 197). Secara statistik di Amerika dan juga di Indonesia 95% dari semua tumor/kanker payudara ditemukan oleh penderita itu sendiri (Ramli, 2000 : 75).
Dewasa ini di Indonesia penyakit kanker dirasakan semakin menonjol, hal ini dapat dilihat dari sebagai laporan rumah sakit yang menyebutkan penyakit kanker cenderung menjadi salah satu penyebab utama kematian pada usia produktif. Survei kesehatan rumah tangga (SKRT) menunjukan proporsi penyebab kematian karena kanker semakin meningkat dari 1,3% pada tahun 1976 menjadi 3,4% pada tahun 1980, 4,3% pada tahun 1986 dan 4,8% pada tahun 1992.
Kira-kira sepertiga dari penyakit kanker dapat ditemukan cukup dini untuk dapat disembuhkan. Di bagian bedah FKUI/RSCM selama tahun 1971 – 1978 dari 735 kasus penderita payudara 267 (40%) masih merupakan kasus yang dapat dioperasi. Selama tahun 1988 sampai dengan 1996 dari 566 kasus kanker payudara 185 (32,6%) masih menunjukan kasus-kasus yang bisa diatasi.
Masa remaja merupakan suatu periode rentan kehidupan manusia yang sangat kritis karena merupakan tahap transisi dari masa kanak-kanak kemasa dewasa. Pada tahap ini sering kali remaja tidak menyadari bahwa suatu tahap perkembangan sudah dimulai, namun yang pasti setiap remaja akan mengalami suatu perubahan baik fisik, emosional maupun sosial (Dianawati, 2003: 25).
Pada masa remaja berlangsung proses-proses perubahan fisik maupun perubahan biologis yang dalam perkembangan selanjutnya berada di bawah kontrol hormon-hormon khusus. Pada wanita, hormon-hormon ini bertanggung jawab atas permulaan proses ovulasi dan menstruasi, juga pertumbuhan payudara. Pada masa ini sudah seharusnya para remaja putri mulai memperhatikan perubahan yang ada pada dirinya, juga halnya dengan payudara dan kesehatannya. Payudara merupakan estetika kaum wanita dan daya tarik seksual yang utama sejak dahulu kala di dalam bermacam-macam masyarakat, payudara wanita merupakan fokus obyek seni. Tetapi di zaman dan kebudayaan beberapa tahun belakangan ini ada sambutan hangat terhadap pemberian ASI dengan segala keuntungannya bagi ibu maupun bayinya. Dengan seluruh aktifitas di dalam payudara sehubungan dengan perkembangan dalam kehidupan seorang wanita dan juga perubahan siklus yang biasa disebabkan oleh periode menstruasi teratur, sebaiknya semua wanita bermawas diri terhadap masalah yang mungkin timbul pada payudara, sebaiknya pemeriksaan dapat dimulai dari waktu remaja dengan pemeriksaan yang rutin dan teratur untuk mendeteksi tanda-tanda dini persoalan payudara merupakan kebiasaan sangat baik yang harus dilakukan sejak dini. Seorang remaja putri dapat memeriksa payudara sendiri (SADARI) pada saat mandi dengan perabaan untuk mengetahui adanya benjolan pada payudara. Bagi banyak wanita saat sebuah benjolan sudah nampak dengan jelas, kemungkinannya bahwa benjolan tersebut adalah kanker, maka seseorang mungkin telah kehilangan waktu yang berharga untuk memulai pengobatan sedini mungkin. Jadi hal yang bijaksana adalah memeriksa payudara kita secara teratur pada selang waktu yang tertentu. Dengan cara ini, kelainan yang terkecil sekalipun dapat ditemukan dan langkah-langkah aktif untuk perngobatan dapat dimulai sedini mungkin (Gilbert, 1996: 41).
0 komentar:
Posting Komentar