Rabu, 05 Oktober 2011

iklan0
Cara Menyusui yang Benar

iklan1
Cara Menyendawakan Bayi
1. Bayi digendong, menghadap ke belakang dengan dada bayi diletakkan pada bahu Ibu.
2. Kepala bayi disangga/ditopang dengan tangan Ibu.
3. Usap punggung bayi perlahan-lahan sampai bayi sendawa.

Cara Menetekkan Bayi dengan Benar

  1. Tetekkan bayi segera atau selambatnya setengah janin setelah bayi lahir. Mintalah kepada bidan untuk membantu melakukan hal ini.
  2. Biasakan mencuci tangan dengan sabun setiap kali sebelum menetekkan.
  3. Perah sedikit kolostrum atau ASI dan oleskan pada daerah putting dan sekitarnya.
  4. Ibu duduk atau tiduran / berbaring dengan santai.
  5. 5. Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi:
  • Perut bayi menempel keperut ibu.
  • Dagu bayi menempel ke payudara.
  • Telinga dan lengan bayi berada dalam satu garis lurus.
  • Mulut bayi terbuka lebar menutupi daerah gelap sekitar putting susu.
6. Cara agar mulut bayi terbuka adalah dengan menyentuhkan puting susu pada bibir atau pipi bayi.
7. Setelah mulut bayi terbuka lebar, segera masukkan puting dan sebagian besar lingkaran/daerah
gelap sekitar puting susu ke dalam mulut bayi.
8. Berikan ASI dari satu payudara sampai kosong sebelum pindah ke payudara lainnya.

Pemberian ASI berikutnya mulai dari payudara yang belum kosong tadi.

Cara Melepaskan Puting Susu dari Mulut Bayi
Dengan menekan dagu bayi ke arah bawah atau dengan memasukkan jari ibu antara mulut bayi dan payudara ibu.

Cara Memeras ASI dengan Tangan

Bidan menganjurkan pada Ibu untuk mencuci tangan terlebih dahulu. Setelah itu :
  1. Duduklah Ibu seenak/senyaman mungkin.
  2. Pegang/letakkan cangkir dekat dengan payudara Ibu.
  3. Letakkan ibu jari pada payudara diatas puting susu dan areola (bagian lingkaran hitam berwarna gelap pada payudara) dan jari telunjuk dibawah payudara, juga dibawah puting susu dan areola.
  4. Tekan ibu jari dan telunjuk kedalam, kearah dada. Ibu tidak perlu menekan terlalu keras, karena dapat menghambat aliran air susu.
  5. Kemudian tekanlah payudara Ibu kebelakang puting dan areola antara jari telunjuk dan ibu jari.
  6. Selanjutnya tekan dan lepaskan, tekan dan lepaskan.
  • Kegiatan ini tidak boleh menyakiti atau Ibu sampai merasa nyeri.
  • Pada awalnya, mungkin tidak ada susu yang keluar, tetapi setelah dilakukan penekanan beberapa kali, ASI akan &nbspmulai menetes keluar.
7. Tekan areola dengan cara yang sama dari arah samping, untuk meyakinkan bahwa ASI di tekan dari seluruh bagian payudara.
8. Hindari menggosok-gosok payudara atau memelintir puting susu.
9. Peras satu payudara sekurang-kurangnya 3-5 menit hingga aliran menjadi pelan; kemudian
lakukan pada payudara yang satu lagi dengan cara yang sama. Kemudian ulangi keduanya. Ibu dapat
menggunakan satu tangan untuk satu payudara dan gantilah bila merasa lelah. Memeras ASI
membutuhkan waktu 20-30 menit. Terutama pada hari-hari pertama, ketika masih sedikit ASI
yang diproduksi.
10. Simpan.
lihat artikel selengkapnya - Cara Menyusui yang Benar
iklan2

iklan0
Priapisme (ereksi nyeri & Menetap)

iklan1
DEFINISI
Priapisme adalah ereksi yang nyeri dan menetap dan tidak berhubungan dengan gairah maupun kepuasan seksual.

PENYEBAB
Priapisme bisa terjadi pada semua kelompok umur, termasuk bayi baru lahir.
Priapisme pada anak-anak biasanya ditemukan pada penderita leukemia. Sel darah putih menyumbat atau menghalangi aliran darah dari penis sehingga terjadi priapisme.
Anak-anak yang menderita penyakit sel sabit juga bisa mengalami priapisme.
Penyebab priapisme lainnya pada anak-anak adalah trauma, baik pada penisnya sendiri maupun pada daerah di bawah penis (perineum) dan cedera korda spinalis.

Pada dewasa, penyebab priapisme bisa diketahui bisa juga tidak.
Salah satu penyebabnya adalah penyakit sel sabit (sebanyak 30% kasus). Dilaporkan bahwa 42% dewasa yang menderita penyakit sel sabit dan 64% anak-anak yang menderita penyakit sel sabit, pada akhirnya akan mengalami priapisme.
Bekuan darah juga bisa menyebabkan terjadinya priapisme.

Penyebab yang paling sering dari priapisme pada dewasa adalah obat-obat yang disuntikkan:
- Obat psikosa (torazin, klorpromazin)
- Obat anti hipertensi (prazosin)
- Marijuana
- Obat yang digunakan untuk mengobati impotensi
- Antikoagulan
- Kokain
- Kortikosteroid
- Tolbutamid
- Trazodon
Penyebab lainnya adalah:
- Kanker yang telah menyusup ke dalam penis dan menghalangi aliran darah dari penis
- Infeksi alat kelamin
-Kelainan pada pembuluh darah atau saraf di dalam jaringan erektil.

GEJALA
Gejalanya berupa ereksi disertai nyeri yang terjadi tanpa adanya rangsangan seksual dan berlangsung selama 4 jam atau lebih.

DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejalanya.

Pemeriksaan gas darah terhadap darah yang diambil dari penis bisa memberikan petunjuk berapa lama priapisme telah berlangsung dan beratnya kerusakan yang telah terjadi.

PENGOBATAN
Pengobatan tergantung kepada penyebabnya:
  • Jika penyebabnya adalah obat-obatan, maka pemakaian obat segera dihentikan
  • Jika penyebabnya adalah kerusakan saraf, diberikan obat bius melalui spinal
  • Jika penyebabnya adalah bekuan darah, dilakukan pembedahan untuk membuang bekuan darah atau untuk membuat bypass agar sirkulasi penis kembali normal.

    Pada sebagian besar kasus dilakukan penyedotan darah yang berlebihan dari penis dengan sebuah jarum (aspirasi) dan membersihkan pembuluh darah dengahttp://www.blogger.com/img/blank.gifn cairan untuk membuang berbagai bekuan atau penyumbat lainnya.

    Jika priapisme berlangsung kurang dari 4 jam bisa diberikan obat dekongestan (misalnya pseudoephedrin dan terbutalin), yang bekerja dengan cara mengurangi aliran darah ke penis.
    Setelah pemberian dekongestan baru dilakukan aspirasi.

    Jika ereksi mulai berulang, bisa diberikan obat vasoaktif, misalnya epinefrin, yang menyebabkan pengkerutan pembuluh darah dan mencegah berulangnya priapisme.
  • lihat artikel selengkapnya - Priapisme (ereksi nyeri & Menetap)
    iklan2

    iklan0
    Sistem Reproduksi Pria

    iklan1
    DEFINISI
    Struktur luar dari sistem reproduksi pria terdiri dari penis, skrotum (kantung zakar) dan testis (buah zakar).
    Struktur dalamnya terdiri dari vas deferens, uretra, kelenjar prostat dan vesikula seminalis.

    Anatomi sistem reproduksi pria

    Sperma (pembawa gen pria) dibuat di testis dan disimpan di dalam vesikula seminalis.
    Ketika melakukan hubungan seksual, sperma yang terdapat di dalam cairan yang disebut semen dikeluarkan melalui vas deferens dan penis yang mengalami ereksi.


    STRUKTUR
    Penis terdiri dari:
    - Akar (menempel pada didnding perut)
    - Badan (merupakan bagian tengah dari penis)
    - Glans penis (ujung penis yang berbentuk seperti kerucut).
    Lubang uretra (saluran tempat keluarnya semen dan air kemih) terdapat di umung glans penis.
    Dasar glans penis disebut korona.
    Pada pria yang tidak disunat (sirkumsisi), kulit depan (preputium) membentang mulai dari korona menutupi glans penis.

    Sirkumsisi
    Badan penis terdiri dari 3 rongga silindris (sinus) jaringan erektil:
    - 2 rongga yang berukuran lebih besar disebut korpus kavernosus, terletak bersebelahan
    - Rongga yang ketiga disebut korpus spongiosum, mengelilingi uretra.
    Jika rongga tersebut terisi darah, maka penis menjadi lebih besar, kaku dan tegak (mengalami ereksi).

    Skrotum merupakan kantung berkulit tipis yang mengelilingi dan melindungi testis.
    Skrotum juga bertindak sebagai sistem pengontrol suhu untuk testis, karena agar sperma terbentuk secara normal, testis harus memiliki suhu yang sedikit lebih rendah dibandingkan dengan suhu tubuh.
    Otot kremaster pada dinding skrotum akan mengendur atau mengencang sehinnga testis menggantung lebih jauh dari tubuh (dan suhunya menjadi lebih dingin) atau lebih dekat ke tubuh (dan suhunya menjadi lebih hangat).

    Testis berbentuk lonjong dengan ukuran sebesar buah zaitun dan terletak di dalam skrotum. Biasanya testis kiri agak lebih rendah dari testis kanan.
    Testis memiliki 2 fungsi, yaitu menghasilkan sperma dan membuat testosteron (hormon seks pria yang utama).

    Anatomi sistem reproduksi pria

    Epididimis terletak di atas testis dan merupakan saluran sepanjang 6 meter.
    Epididimis mengumpulkan sperma dari testis dan menyediakan ruang serta lingkungan untuk proses pematangan sperma.

    Vas deferens merupakan saluran yang membawa sperma dari epididimis.
    Saluran ini berjalan ke bagian belakang prostat lalu masuk ke dalam uretra dan membentuk duktus ejakulatorius.
    Struktur lainnya (misalnya pembuluh darah dan saraf) berjalan bersama-sama vas deferens dan membentuk korda spermatika.

    Jalur sperma

    Uretra berfungsi 2 fungsi:

  • Bagian dari sistem kemih yang mengalirkan air kemih dari kandung kemih
  • Bagian dari sistem reproduksi yang mengalirkan semen.

    Kelenjar prostat terletak di bawah kandung kemih di dalam pinggul dan mengelilingi bagian tengah dari uretra.
    Biasanya ukurannya sebesar walnut dan akan membesar sejalan dengan pertambahan usia.
    Prostat dan vesikula seminalis menghasilkan cairan yang merupakan sumber makanan bagi sperma. Cairan ini merupakan bagian terbesar dari semen. Cairan lainnya yang membentuk semen berasal dari vas deferens dan dari kelenjar lendir di dalam kepala penis.

    FUNGSI
    Selama melakukan hubungan seksual, penis menjadi kaku dan tegak sehingga memungkinkan terjadinya penetrasi (masuknya penis ke dalam vagina)
    Ereksi terjadi akibat interaksi yang rumit dari sitem saraf, pembuluh darah, hormon dan psikis.
    Rangsang yang menyenangkan menyebabkan suatu reaksi di otak, yang kemudian mengirimkan sinyalnya melalui korda spinalis ke penis.
    Arteri yang membawa darah ke korpus kavernosus dan korpus spongiosum memberikan respon, yaitu berdilatasi (melebar). Arteri yang melebar menyebabkan peningkatan aliran darah ke daerah erektil ini, sehingga daerah erektil terisi darah dan melebar.
    Otot-otot di sekitar vena yang dalam keadaan normal mengalirkan darah dari penis, akan memperlambat aliran darahnya.
    Tekanan darah yang meningkat di dalam penis menyebabkan panjang dan diameter penis bertambah.

    Ejakulasi terjadi pada saat mencapai klimaks, yaitu ketika gesekan pada glans penis dan rangsangan lainnya mengirimkan sinyal ke otak dan korda spinalis.
    Saraf merangsang kontraksi otot di sepanjang saluran epididimis dan vas deferens, vesikula seminalis dan prostat. Kontraksi ini mendorong semen ke dalam uretra.
    Selanjutnya kontraksi otot di sekeliling urretra akan mendorong semen keluar dari penis.
    Leher kandung kemih juga berkonstriksi agar semen tidak mengalir kembali ke dalam kandung kemih.

    Setelah terjadi ejakulasi (atau setelah rangsangan berhenti), arteri mengencang dan vena mengendur.
    Akibatnya aliran darah yang masuk ke arteri berkurang dan aliran darah yang keluar dari vena bertambah, sehingga penis menjadi lunak.
  • lihat artikel selengkapnya - Sistem Reproduksi Pria
    iklan2

    iklan0
    Pharyngitis (Radang Tenggorokan) Pada Anak

    iklan1
    A. Definisi
    Radang tenggorokan adalah infeksi pada tenggorokan (tekak) dan kadangkala amandel.

    B. Penyebab
    Kebanyakan radang tenggorokan disebabkan oleh virus yang sama yang menyebabkan flu biasa. Seperti flu biasa, virus radang tenggorokan menjadi sembuh dengan sendirinya dan merupakan sebuah masalah hanya karena membuat anak sengsara dan menyebabkan mereka tidak masuk sekolah. Bakteri streptococcus kurang sering tetapi lebih serius menyebabkan radang tenggorokan (‘streptokokus kerongkongan’); streptokokus kerongkongan tidak umum pada anak di bawah 2 tahun. Radang tenggorokan juga jarang disebabkan oleh infeksi yang tidak umum, seperti infeksi mononucleosis atau-pada negara dengan tingkat vaksinansi rendah-diphtheria.

    Amandel (tambalan pada jaringan lymphoid di bagian belakang kerongkongan) juga bisa menjadi terinfeksi pada anak dengan radang tenggorokan. Seorang dokter bisa menggunakan istilah radang amandel terutama sekali ketika amandel membesar. Kadangkala, amandel tetap terinfeksi, meradang, atau membesar (radang amandel kronis) sesudah episode radang tenggorokan.

    Bakteri radang tenggorokan bisa menyebabkan peradangan yang berlangsung lama, infeksi, dan pembesaran amandel (chronic tonsillitis); nanah di dalam lipatan amandel (cryptic tonsillitis); dan bisul pada jaringan di samping tekak (lateral pharyngeal abscesses), di belakang tekak (retropharyngeal abscesses), atau di sekitar amandel (peritonsillar abscesses). Beberapa komplikasi langka pada radang tenggorokan streptokokus termasuk rematik glomerulonephritis, atau infeksi pada jaringan (necrotizing fasciitis) dan aliran darah (toxic shock syndrome) yang mengancam nyawa.

    Sakit tenggorokan dapat mempunyai banyak sebab-sebab termasuk:
    1. Virus-virus yang umum, dan bahkan virus-virus yang menyebabkan mononucleosis (mono) dan flu, dapat menyebabkan sakit tenggorokan. Beberapa virus-virus dapat juga menghasilkan blisters(gelembung-gelembung) dalam mulut dan tenggorokan ("aphthous stomatitis").
    2. Bernapas melalui mulut dapat menghasilkan kekeringan dan luka-luka tenggorokan.
    3. Sinus drainage (post nasal drip) mungkin menyebabkan sakit tenggorokan.
    4. Sakit tenggorokan dapat juga disebabkan oleh bakteri-bakteri. Dua bakteri-bakteri yang paling umum yang menyebabkan sakit tenggorokan adalah Streptococcus (yang menyebabkan strep throat atau sakit tenggorokan yang disebabkan oleh bakteri stretokokus) dan Arcanobacterium haemolyticum. Arcanobacterium menyebabkan luka-luka tenggorokan terutama pada dewasa-dewasa muda dan adakalanya berhubungan dengan ruam merah yang halus.
    5. Sakit tenggorokan yang timbul setelah perawatan dengan antibiotik-antibiotik, kemoterapi, atau obat-obat lain yang mengkompromikan imun mungkin disebabkan oleh Candida, umumnya dikenal sebagai "thrush".
    6. Sakit tenggorokan yang berlangsung lebih dari dua minggu dapat menjadi tanda dari penyakit yang serius, seperti kanker tenggorokan atau AIDS.
    C. Gejala
    Setiap anak dengan radang tenggorokan mengalami tenggorokan luka dan beberapa tingkat rasa sakit ketika menelan. Telinga terasa sakit bisa terjadi karena tenggorokan dan telinga berbagi pada saraf yang sama. Bagian belakang tenggorokan dan amandel biasanya merah, dan amandel kemungkinan membesar atau terbungkus oleh kotoran putih.

    Anak yang menderita radang tenggorokan sebagai bagian utama flu mengalami hidung berair, batuk, dan demam ringan. Anak yang menderita radang tenggorokan yang disebabkan oleh streptokokus tenggorokan bisa menjadi lembek, pembesaran getah bening di leher dan demam tinggi. Kadangkala, seorang anak dengan streptokokus tenggorokan memiliki gejala pada demam scarlet, termasuk lidah yang putih cemerlang atau merah bergantianh pada lidah (lidah stroberi) dan ruam kulit berwarna merah khusus (ruam scarlatiniform).
    Anak yang menderita amandel kronis bisa mengalami tenggorokan luka atau tidak nyaman atau rasa sakit ketika menelan.

    D. Diagnosa
    Dokter menduga radang tenggorokan ketika mereka melihat kotoran kemerahan dan putih atau nanah di bagian belakang tenggorokan dan ketika getah bening di leher membesar. Jika dokter menduga streptokokus tenggorokan, mereka bisa menggunakan kain penyeka di belakang tenggorokan dan mengirimkannya untuk dua tes : tes antigen cepat dan kultur bakteri. Tes antigen cepat bisa mendeteksi streptokokus tenggorokan dalam hitungan menit. Jika hasil tes cepat adalah positif, kultur bakteri tidak diperlukan. Meskipun begitu, jika hasil tes cepat adalah negatif, kebanyakan dokter melakukan kultur, yang memerlukan sekitar 1 sampai 2 hari untuk hasil.

    Streptokokus tenggorokan biasanya diobati dengan penisilin, baik dalam suntikan tunggal atau melalui mulut lebih dari 10 hari. Jika anak tersebut alergi terhadap penisilin, dokter bisa memberikan eritromisin atau antibiotik lainnya. Pengobatan pada streptokokus tenggorokan dan radang tenggorokan karena virus termasuk memberikan ibuprofen atau asetaminofen untuk rasa sakit dan demam dan menganjurkan anak tersebut untuk minum cairan. Menyediakan sup adalah cara yang baik untuk menjaga anak tersebut terhidrasi dan nutrisi dengan baik ketika menelan terasa sangat sakit dan sebelum nafsu makan kembali. Berkumur dengan air garam atau menggunakan anestesi semprot tenggorokan bisa juga membantu menghilangkan rasa sakit untuk sementara waktu.

    E. Tatalaksana
    1. Banyak minum; minuman yg hangat akan memberikan rasa nyaman di tenggorokan.
    2. Untuk anak yg lebih besar, bisa diajarkan untuk kumur2 atau mengisap lozenges.
    3. Kalau panas atau kesakitan, berikan paracetamol (seperti panadol atau tempra).
    4. Kalau hidung tersumbat, dapat diberikan tetes hidung NaCl dan menghirup uap panas. Kalau anak sangat terganggu, dapat diberikan Nasal decongestant.

    Yang Dapat Diperbuat Dirumah:
    • Umumnya, sakit-sakit tenggorokan harus menjalani perjalanan-perjalanan mereka (pengecualian, strep throat akan ditanggapi dibawah).
    • Berkumur air garam, permen-permen keras, spray-spray (contohnya, Chloraseptic) dan lozenges dapat menyediakan pembebasan nyeri sementara. (Perhatian: Lozenges dan permen yang keras adalah bahaya tercekik untuk anak-anak . Hindari penggunaan mereka pada anak-anak kecil.)
    • Pelembab mungkin bermanfaat dalam membebaskan gejala-gejala, terutama pada luka-luka tenggorokan yang disebabkan oleh pernapasan mulut dan udara yang kering.
    • Acetaminophen atau ibuprofen mungkin membantu mengontrol nyeri.
    • Untuk kaum dewasa, jika hidung anda tersumbat, spray-spray hidung seperti Afrin mungkin digunakan untuk dua sampai tiga hari untuk mencegah pernapasan mulut. Adalah bukan idea yang baik untuk menggunakan produk-produk ini untuk lebih dari beberapa hari; anda mungkin menjadi tergantung pada mereka.
    • Produk-produk decongestant lain, seperti Sudafed, mungkin bermanfaat.

    lihat artikel selengkapnya - Pharyngitis (Radang Tenggorokan) Pada Anak
    iklan2

    iklan0
    Atelektasis (Atelectasis)

    iklan1
    A. Definisi
    Atelektasis (Atelectasis) adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat pernafasan yang sangat dangkal.

    Sindroma Lobus Medialis
    Sindroma lobus medialis merupakan atelektasis jangka panjang, dimana lobus media (tengah) dari paru-paru kanan mengkerut. Penyebabnya biasanya adalah penekanan bronkus oleh suatu tumor atau pembesaran kelenjar getah bening.
    Paru-paru yang tersumbat dan mengkerut, dapat berkembang menjadi pneumonia yang tidak dapat sembuh total dan peradangan kronis, jaringan parut dan bronkiektasis.

    Atelektasis Percepatan
    Atlektasis percepatan biasanya terjadi pada pilot pesawat tempur.
    Penerbangan dengan kecepatan tinggi akan menutup saluran pernafasan yang kecil, menyebabkan alveoli (kantong udara kecil di paru-paru) menciut.

    Mikroatelektasis Tersebar Atau Terlokalisasi
    Pada keadaan ini, sistem surfaktan paru-paru terganggu.
    Surfaktan adalah zat yang melapisi alveoli dan berfungsi menurunkan tegangan permukaan, sehingga mencegah pengkerutan.
    Bila bayi prematur kekurangan surfaktan, mereka akan mengalami sindroma gawat pernafasan.
    Orang dewasa juga bisa mengalami mikroatelektsis karena:
    • terapi oksigen yang berlebihan
    • infeksi berat dan luas (sepsis)
    • faktor lainnya yang merusak lapisan alveoli.
    B. Penyebab
    Sebab utama dari atelektasis adalah penyumbatan sebuah bronkus. Bronkus adalah 2 cabang utama dari trakea yang langsung menuju ke paru-paru.

    Penyumbatan juga bisa terjadi pada saluran pernafasan yang lebih kecil.
    Penyumbatan bisa disebabkan oleh adanya gumpalan lendir, tumor atau benda asing yang terhisap ke dalam bronkus. Atau bronkus bisa tersumbat oleh sesuatu yang menekan dari luar, seperti tumor atau pembesaran kelenjar getah bening.

    Jika saluran pernafasan tersumbat, udara di dalam alveoli akan terserap ke dalam aliran darah sehingga alveoli akan menciut dan memadat.
    Jaringan paru-paru yang mengkerut biasanya terisi dengan sel darah, serum, lendir dan kemudian akan mengalami infeksi.

    Faktor resiko terjadinya atelektasis:
    • Pembiusan (anestesia)/pembedahan
    • Tirah baring jangka panjang tanpa perubahan posisi
    • Pernafasan dangkal
    • Penyakit paru-paru.
    C. Gejala
    Atelektasis dapat terjadi secara perlahan dan hanya menyebabkan sesak nafas yang ringan. Penderita sindroma lobus medialis mungkin tidak mengalami gejala sama sekali, walaupun banyak yang menderita batuk-batuk pendek. Gejalanya bisa berupa:
    • gangguan pernafasan
    • nyeri dada
    • batuk.
    Jika disertai infeksi, bisa terjadi demam dan peningkatan denyut jantung, kadang-kadang sampai terjadi syok (tekanan darah sangat rendah).

    D. Diagnosa
    Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.
    Rontgen dada akan menunjukkan adanya daerah bebas udara di paru-paru. Untuk menentukan penyebab terjadinya penyumbatan mungkin perlu dilakukan pemeriksaan CT scan atau bronkoskopi serat optik.

    E. Pengobatan
    Tujuan pengobatan adalah mengeluarkan dahak dari paru-paru dan kembali mengembangkan jaringan paru yang terkena.

    Tindakan yang biasa dilakukan:
    • Berbaring pada sisi paru-paru yang sehat sehingga paru-paru yang terkena kembali bisa mengembang
    • Latihan menarik nafas dalam (spirometri insentif)
    • Perkusi (menepuk-nepuk) dada untuk mengencerkan dahak
    • Postural drainase
    • Antibiotik diberikan untuk semua infeksi
    • Pengobatan tumor atau keadaan lainnya.
    • Pada kasus tertentu, jika infeksinya bersifat menetap atau berulang, menyulitkan atau menyebabkan perdarahan, maka biasanya bagian paru-paru yang terkena mungkin perlu diangkat
    Setelah penyumbatan dihilangkan, secara bertahap biasanya paru-paru yang mengempis akan kembali mengembang, dengan atau tanpa pembentukan jaringan parut ataupun kerusakan lainnya.

    F. Pencegahan
    Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya atelektasis:
    Setelah menjalani pembedahan, penderita harus didorong untuk bernafas dalam, batuk teratur dan kembali melakukan aktivitas secepat mungkin.
    Meskipun perokok memiliki resiko lebih besar, tetapi resiko ini bisa diturunkan dengan berhenti merokok dalam 6-8 minggu sebelum pembedahan.
    Seseorang dengan kelainan dada atau keadaan neurologis yang menyebabkan pernafasan dangkal dalam jangka lama, mungkin akan lebih baik bila menggunakan alat bantu mekanis untuk membantu pernafasannya. Mesin ini akan menghasilkan tekanan terus menerus ke paru-paru sehingga meskipun pada akhir dari suatu pernafasan, saluran pernafasan tidak dapat menciut.
    lihat artikel selengkapnya - Atelektasis (Atelectasis)
    iklan2

    iklan0
    Jantung Koroner

    iklan1
    A. Definisi
    Penyakit Arteri Koroner / penyakit jantung koroner (Coronary Artery Disease) ditandai dengan adanya endapan lemak yang berkumpul di dalam sel yang melapisi dinding suatu arteri koroner dan menyumbat aliran darah.
    Endapan lemak (ateroma atau plak) terbentuk secara bertahap dan tersebar di percabangan besar dari kedua arteri koroner utama, yang mengelilingi jantung dan menyediakan darah bagi jantung. Proses pembentukan ateroma ini disebut aterosklerosis.

    Ateroma bisa menonjol ke dalam arteri dan menyebabkan arteri menjadi sempit. Jika ateroma terus membesar, bagian dari ateroma bisa pecah dan masuk ke dalam aliran darah atau bisa terbentuk bekuan darah di permukaan ateroma tersebut. Supaya bisa berkontraksi dan memompa secara normal, otot jantung (miokardium) memerlukan pasokan darah yang kaya akan oksigen dari arteri koroner.

    Jika penyumbatan arteri koroner semakin memburuk, bisa terjadi iskemi (berkurangnya pasokan darah) pada otot jantung, menyebabkan kerusakan jantung. Penyebab utama dari iskemi miokardial adalah penyakit arteri koroner. Komplikasi utama dari penyakit arteri koroner adalah angina dan serangan jantung (infark miokardial).

    B. Penyebab
    Penyakit arteri koroner bisa menyerang semua ras, tetapi angka kejadian paling tinggi ditemukan pada orang kulit putih. Tetapi ras sendiri tampaknya bukan merupakan faktor penting dalam gaya hidup seseorang.
    Secara spesifik, faktor-faktor yang meningkatkan resiko terjadinya penyakit arteri koroner adalah:
    • Diet kaya lemak
    • Merokok
    • Malas berolah raga.
    Kolesterol dan Penyakit Arteri Koroner
    Resiko terjadinya penyakit arteri koroner meningkat pada peningkatan kadar kolesterol total dan kolesterol LDL (kolesterol jahat) dalam darah.
    Jika terjadi peningkatan kadar kolesterol HDL (kolesterol baik), maka resiko terjadinya penyakit arteri koroner akan menurun.Makanan mempengaruhi kadar kolesterol total dan karena itu makanan juga mempengaruhi resiko terjadinya penyakit arteri koroner. Merubah pola makan (dan bila perlu mengkonsumsi obat dari dokter) bisa menurunkan kadar kolesterol. Menurunkan kadar kolesterol total dan kolesterol LDL bisa memperlambat atau mencegah berkembangnya penyakit arteri koroner. Menurunkan kadar LDL sangat besar keuntungannya bagi seseorang yang memiliki faktor resiko berikut:
    • Merokok sigaret
    • Tekanan darah tinggi
    • Kegemukan
    • Malas berolah raga
    • Kadar trigliserida tinggi
    • Keturunan
    • Steroid pria (androgen).
    C. Pencegahan
    Resiko terjadinya penyakit arteri koroner bisa dikurangi dengan melakukan beberapa tindakan berikut:
    • Berhenti merokok
    • Menurunkan tekanan darah
    • Mengurangi berat badan
    • Melakukan olah raga.
    lihat artikel selengkapnya - Jantung Koroner
    iklan2

    iklan0
    Kunjungan Ibu Nifas

    iklan1
    Ibu nifas sebaiknya paling sedikit melakukan 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah – masalah yang terjadi. Dimana hal ini dilakukan untuk:
    • Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologik.
    • Melaksanakan skirining yang komperhensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.
    • Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat.
    • Memberikan pelayanan keluarga berencana. (Prawirohardjo,2002)
    Namun dalampelaksanaan kunjungan masa nifas sangat jarang terwujud dikarenakan oleh beberapa faktor diantaranya yaituKeadaan ini disebabkan karena faktor fisik dan lingkungan ibu yang biasanya ibu mengalami keletihan setelah proses persalinan dan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk beristirahat, sehingga mereka enggan untuk melakukan kunjungan nifas kecuali bila tenaga kesehatan dalam hal ini bidan yang melakukan pertolongan persalinan datang melakukan kunjungan ke rumah ibu. Dilihat dari faktor lingkungan dan keluarga juga berpengaruh dimana biasanya ibu setelah melahirkan tidak dianjurkan untuk berpergian sendiri tanpa ada yang menemani sehingga ibu memiliki kesulitan untuk menyesuaikan waktu dengan anggota keluarga yang bersedia untuk mengantar ibu melakukan kunjungan nifas .

    Kesehatan Ibu merupakan komponen yang sangat penting dalam kesehatan reproduksi karena seluruh komponen yang lain sangat dipengaruhi oleh kesehatan ibu. Apabila Ibu sehat maka akan menghasilkan bayi yang sehat yang akan menjadi generasi kuat. Ibu yang sehat juga menciptakan keluarga sehat dan bahagia.
    lihat artikel selengkapnya - Kunjungan Ibu Nifas
    iklan2

    iklan0
    Pain Management in Childbirth

    iklan1

    Pain in childbirth is normal, healthy, and productive -- and ends with the ecstasy of your baby's birth. Although management of labor pain plays less important role in a mother’s satisfaction with childbirth, compared with the quality of the relationship with her labor support and her ability to take part in decision making, it is an important topic.

    Pain in labor is a nearly universal experience for childbearing women. It is, however, experienced differently by birthing mothers. The majority of women, though, need some sort of pain relief during childbirth. Methods vary from drugs to natural methods, and it is worth considering the various options available to you well in advance.

    Non-pharmacologic methods of labor pain relief are becoming more common as mothers, as well as pregnancy and labor caregivers, become more aware of the effectiveness of these methods. Changing positions and movement, warm water baths, massage and acupressure are gaining more popularity, in addition to relaxation and hypnobirthing, in management of labor pain.

    A vast study by Childbirth Connection in 2005 revealed that 69% of birthing mothers used at least one non-pharmacologic method to relieve pain and increase comfort during their labor. Most frequently used were breathing techniques and position changes and movement, followed by relaxation, visualization or hypnosis. As many as one in five birthing mothers used hands-on techniques such as massage and labor acupressure. These two hands-on techniques were rated very helpful by vast majority of 91% of the mothers. The popularity of these pain relieving methods is based on the simplicity and easiness to use them anywhere without any special and expensive tools. This is in addition to highly satisfactory level of relief from labor pains.

    Less frequently used labor pain relieving methods include use of birthing balls, birthing tub or pool, and aromatherapy. Mothers who use these pain relieving methods, also, generally rate them helpful. Unfortunately, their use is limited by the need of special equipments or space.

    By far, the most common forms of medication in both vaginal and cesarean births among the pharmacologic labor pain relieving methods are the epidural or spinal analgesia. Epidural or spinal analgesia mostly give excellent labor pain relief. However, studies revealed a scattered satisfaction with epidurals. Many interviewed mothers described their experiences of not having access to this type of pain relief when they wanted it, getting uneven pain relief on different sides, and experiencing headaches, and other adverse effects.

    Labor is an exciting event and involves many new sensations, especially if you are having your first baby. These sensations are part of giving life to your baby. However, no one needs to suffer during childbirth. By understanding what you can do, and how others can help you in order to prevent and relieve labor pains, you are most likely to have a satisfying birth experience.

    lihat artikel selengkapnya - Pain Management in Childbirth
    iklan2

    iklan0
    Ten Myth About Childbirth

    iklan1
    1. My water will break if I am truly in labor.
    Amniotic fluid surrounds your baby during pregnancy. If you are in your last weeks of pregnancy you may be expecting a gush of water prior to the onset of labor. For most women their water does not break before labor begins and often does not break until you are in active labor if it breaks on it's own at all. In fact, quite often your doctor or midwife will break the bag of waters at some point during labor.

    2. You will know when you are in labor.

    Early labor can last hours and even days. Braxton Hicks contractions can feel very real and be difficult to tell apart from true labor contractions. While most women will know once they have reached the active phase of labor, early labor can be more subtle. It is not uncommon for women to be dilated four or even five centimeters and not be aware of the fact that they are in labor .False labor contractions are irregular and usually do not increase in intensity, frequency, or duration. Moms who have given birth before may actually have a more difficult time distinguishing true labor contractions from false labor. The only way to be sure whether you are indeed in labor is to have a vaginal exam to check for cervical dilation.

    3. Labor induction always works.
    Labor induction does not always work. Your doctor will perform a vaginal exam to check for cervical dilation and effacement and position of your cervix. Labor induction works best when the cervix has already begun to soften and dilate. You may go in for your 39 or 40 week appointment hoping for an induction only to be told that your cervix is not favorable to be induced. It is also possible to have a failed induction. If baby is not in distress you may be sent home to try labor induction again in another day or two.

    4. Contractions feel like menstrual cramps.
    You may have heard that contractions feel like menstrual cramps. While for some women early labor contractions may feel like menstrual cramps, this is not a very realistic description of labor contractions. Natural childbirth is definitely doable and many women have an unmedicated birth. However, we feel describing contractions as menstrual cramps is a disservice to first time moms. There are more honest and accurate descriptions of labor contractions that will better prepare you for childbirth. Contractions do resemble menstrual cramps in their location and general achiness, but they also have a powerful tightening more closely resembling a charlie horse. Generally speaking contractions in the active phase of labor will be tightening, painful, and increase in intensity until you reach the peak of the contraction and then the pain will begin to subside.

    5. Unmedicated childbirth is always best.
    Because labor is not one long sustained contraction but rather a series of contractions increasing in intensity, natural childbirth is quite possible. Natural childbirth, utilizing relaxation exercises, breathing, and resting between contractions, offers one option for pain management. Natural childbirth offers women the ability to be in complete control of their birth and there is a very empowered feeling after having a successful unmedicated birth. Benefits of an unmedicated birth include faster recovery time and shorter labor for mom, more alert and active baby (and mom too), and of course it's cheaper. However, there are occasions, where an unmedicated birth would not be best and certainly many reasons why women would prefer a medicated birth over an unmedicated one. Conditions such as an abrupted placenta, a baby in a breach position, or signs of fetal distress are all very good reasons to need a caesarian section. An unmedicated birth is ideal, but a happy, healthy birth can be attained regardless of your childbirth choice.

    6. If you are really in labor you will not be sent home.
    Women may assume if they are truly in labor that they will be admitted to the hospital. You can be in labor and still be sent home. If you are in the early phases of labor, you may be sent home until your contractions increase in frequency or your cervix is more dilated. Many hospitals will not admit you until you are at least four centimeters dilated. Do not get discouraged if the labor and delivery nurse tells you that you have to go home. You may indeed be in labor!

    7. Once a caesarian birth always a caesarian birth.
    This may or may not be true depending on the type of caesarian section you had along with the reasons for having a caesarian birth to begin with. VBACs or vaginal birth after caesarian are becoming increasingly more common. You will need to discuss with your doctor whether a VBAC will be possible for you.

    8. Each labor gets easier.
    This may or may not be true for you. Generally speaking, second labors are shorter in duration, but that is not always the case. Shorter does not always mean easier. Baby could be bigger than your first or positioned differently. Also, if you have a very rapids labor, you may find you do not have as many choices for pain medication or you may simply choose different pain options. There are any number of factors that could affect your birth.

    9. You will feel an urge to push.
    Feeling the urge to push is instinctive and natural right? If baby is ready to come you will certainly feel an urge to push! Well, believe it or not this is not always true. Many women do feel an urge to push, but not always. Sometimes pushing is painful and women will avoid pushing at all costs. Other times medications such as an epidural will interfere with the sensation of needing to push. Your doctor or midwife will help you to understand what is happening during labor and help you determine when you are ready to push.

    10. Epidurals lead to caesarian sections.
    This belief is still held by some, but recent studies have shown that epidurals do not cause an increase in caesarian sections.
    lihat artikel selengkapnya - Ten Myth About Childbirth
    iklan2

    iklan0
    Myth During Pregnancy Period

    iklan1
    Pregnancy is a time for joy. It is a time when the parents-to-be look forward to the hold their bundle of joy in their arms. Unfortunately, not every mother-to-be is as knowledgeable about pregnancy as she should be. To add the confusion they are often misled by half truths and old wives tales when it comes to their pregnancy week by week. In order to have a healthy pregnancy, women must educate themselves on the early pregnancy symptoms and other pregnancy related issues.

    Myth 1 Miscarriages

    Many women worry about health issues during their pregnancy. One of the biggest concerns about pregnancy is miscarriages. Miscarriages happen, however, all spotting and bleeding are not signs of miscarriage. Still you must see a doctor immediately in case you have some.

    Myth 2 weight gain

    Mothers are also worried about their own health during pregnancy. Weight gain is a concern for most new mothers. With the week by week development of the baby, a mother gains about 25-35 pounds. However while eating; a mother-to-be must take care of the quality and not the quantity of food that she eats. She should not think that she has to eat for two! Instead she should follow a good diet plan. She should give up smoking, alcohol and reduce caffeine intake. Mild exercise such as walking and swimming are great ways to maintain ideal weight.

    Myth 3 Labor

    Many women are afraid of labor as well. They presume labor to be always painful. Labor might be painful for some women, while others may not feel much pain during childbirth. Women today can opt for natural birth or epidurals. Epidurals reduce labor pains. Breathing techniques can also help to reduce pain during natural childbirth. Keeping fit and healthy throughout pregnancy ensures an easy labor.

    Myth 4 Posture

    One of the biggest myths about pregnancy is that you should not sleep on your back. As long as you find it comfortable, and have no health problems, sleeping on your back is okay. Most women find it comfortable to sleep on their side.

    Myth 5 Travel

    Another major concern for mothers is the use of seatbelts. Seatbelts save lives, so you should not stop wearing one when traveling. However, you need to speak to your doctor about the position of the belt. If you can place the belt properly, there is no risk to your baby.

    Today, women have many choices in terms of medical care and information. The mortality rate for mothers and babies has gone down considerably all over the world in the past few decades. All thanks to modern medicine and pregnancy health awareness. Hence, there is really no reason for you to worry about pregnancy. Take it easy and make sure you have proper diet and follow a well planned exercise regime.
    lihat artikel selengkapnya - Myth During Pregnancy Period
    iklan2

    iklan0
    Knowing the Signs and Symptoms of Pregnancy

    iklan1
    Having a baby can be a joy. It signals the start of family life. The baby serves as the carrier of the bloodline and legacy of the parents. More than that, a baby is a very important individual who will someday grow up and make a difference in this world.

    Creating a baby involves sexual reproduction. This can occur when a couple has sexual intercourse and both the egg cell from the woman and the sperm cell from the man unites into one fertilized cell. This cell quickly duplicates and matures within just hours and turns into a zygote. The zygote then attaches itself to the uterus lining where it further matures into a fetus. This fetus has the physical appearance of a human being as early as 6 weeks old. This developing group of cells can come to know as the woman’s baby. The period of holding this baby inside her womb and until the baby is born is called the pregnancy period.

    The pregnancy period lasts for approximately 9 months or specifically 36 to 40 weeks of gestation. During this period, there are countless changes involving the baby’s growth and development inside the mother’s womb. The mother is also affected with these changes, having some changes of her own too in order to accommodate the baby’s needs. Together the mother and her baby form a bonding relationship as well as a physical connection with each other.

    To know if a woman is really pregnant, there are numerous signs and symptoms which give out clues to alert the people if there is or there is no pregnancy. First, there are possible signs of pregnancy which can be felt and experienced by the woman. Next, there are probable signs of pregnancy which can be felt by the nurse or examiner. Lastly, there are positive signs of pregnancy which can be derived from running tests and examinations through which the final verdict is revealed of whether or not the woman is pregnant.

    As the baby matures, there are a lot of possible signs and symptoms a mother will feel. There are nausea and vomiting episodes more commonly known as morning sickness. She will have missed monthly periods or will not menstruate in the succeeding months. The mother will have changes in libido and may feel less inclined to having sexual intercourse. She will feel her breast engorging and swelling. As the baby gets larger, the woman will have increased frequency of urination. She will also have food cravings or in some cases pica, which is the unusual consumption of usually non-edible food. The mother will be easily fatigued and experience skin changes and stretch marks. She will also feel fetal movement inside her which is termed as quickening.

    Having experienced the possible signs and symptoms mentioned above, the woman will be inclined to go to a clinic to be examined. There are probable signs and symptoms which are noted by the nurse or examiner. The nurse performs a thorough assessment on the woman’s body. The nurse notes an increased abdominal girth on the mother. The nurse observes that the mother has bluish discoloration on her vagina along with the presence of a softening cervix. The nurse observes that the mother is having Braxton Hicks contraction which is a series of false labor contractions. The nurse can also note that the baby can be palpated on the mother’s abdomen.

    To validate all of these signs and symptoms, there are positive signs of pregnancy to look out for. Among the three, positive signs are the most reliable indicators of pregnancy. These involve being positive in four tests, namely, the hearing of fetal heart tones through Doppler sound or stethoscope, ultrasound detection, x-ray visualization, and movement of baby as detected by the examiner.
    lihat artikel selengkapnya - Knowing the Signs and Symptoms of Pregnancy
    iklan2

    iklan0
    Lybrel Safest option to control pregnancy

    iklan1
    ybrel is the first FDA approved birth control pill. Women globally have been opting for this birth control pill, as it is the safest option for them.

    Lybrel birth control pill can also be regarded as a continuous pill, as it can be consumed 365 days. What attracts women more towards this pill is that it also suppresses the menstrual cycle.

    The way Lybrel works is very simple. It delivers low dose of hormones to our body every day. Like many other birth control pills, it suppresses pregnancy through the process of ovulation suppression. While we take Lybrel, the lining of the uterus does not undergo the changes needed for menstruation and, therefore one does not have regular menstrual cycle.

    While undertaking the course of Lybrel, in place of a menstrual period, the women get what is called a "pill period." Most of the traditional cyclic birth control pills have been providing hormones for 21 out of 28 days. Thus, this prevents ovulation and minimizes the build-up of your uterine lining.

    While starting the course of Lybrel, one can feel unscheduled bleeding or spotting. However, the number of days, for which one gets these spotting decreases in case of majority of women. The benefit of having no regular menstrual cycle is more beneficial than the unwanted bleeding and spotting.

    But one should remember that Lybrel birth control pills should be taken under the supervision of your personal doctor. Women who have blood clots; breast, uterine, or liver cancers; a history of heart attack, stroke, or breast cancer and those who are pregnant should avoid taking these pills.

    The sides effects associate with Lybrel are comparatively less and limit to menstrual cramps, headaches and nausea.

    Along with controlling pregnancy, the Lybrel pregnancy control pills have another benefit. They also cure problem of acne.

    Thus Lybrel is a safer option for those who want to avoid unwanted pregnancy. It has really acted as a blessing for working women. You can also buy these birth control pills online. There are many online stores which can be trusted. Order one now, and see the difference.
    lihat artikel selengkapnya - Lybrel Safest option to control pregnancy
    iklan2

    iklan0
    Screening For Breast Cancer

    iklan1
    Breast cancer is a dangerous disease that is affecting many women today. One of the most important strategies to do to survive breast cancer, is get an early detection and treatment promptly. That means doing your monthly self exams, and getting yearly check ups at the doctors office. If you are in denial and think that it won’t happen to you, think again. It can happen to anyone, even in males.

    The different techniques, used today, has advanced over the years.

    Let’s take a look at some advantages we have to detect early stage of breast cancer through Medical review.

    Mammography with Computer Aided Detection:

    Mammograms are a great way to catch any early detection of cancer. Mammography is a an x-ray film of the breasts that is read by a Radiologist that checks to see if there is any abnormal findings. The Computer Aided Detection is a process that is computer based and it analyzes the mammogram for any abnormal tissue and shows the Radiologist where the abnormal tisse is, if there is any located.

    Digital Mammography

    Digital Mammography is a tool used to record an image of an x-ray of the breasts. The images are shown on a monitor and the doctors are able to enhance or manipulate the image for detection, before they print the image out on film.

    Ultrasound

    Ultrasounds are a high-frequency sound wave that produces pictures called sonograms. These help the Doctors to distinguish if a lump or abnormal tissue is a tumor or a cyst. Ultrasounds are not only used as a diagnostic image, but also to help guide biopsy procedures of breast tissue, like fine needle aspirations. Ultrasounds are usually done after the result of an abnormal mammogram that might show micro calcifications or other abnormal tissue.

    MRI (Magnetic Resonance Imagining)

    MRI’s is a procedure done that doesn’t use radiation. There is a magnet that is connected to a computer that then creates the images of what is inside the body. When a breast MRI is obtained there are a lot of images that are created from front to back, top to bottom and side to side. The patient gets on the scanning table and lie on their stomach. The breasts hang into a hollow in the table that has coils that detect any type of magnetic signal. Then the patient is moved into the tube like machine that has the magnet. This helps to improve any cancerous tumor visibility. A radiologist reads the results of MRI’s also

    Fine Needle Aspirations

    A fine needle aspiration distinguishes what type of tumor the patient has. There are solid tumors and liquid-filled tumors; which are cysts. How the procedure works is the doctor takes a fine needle and inserts it into the location of the tumor. The fluid in the tumor is then removed and sent to laboratory to see if the tumor has cancerous cells or not.

    Surgical Biopsy

    Surgical biopsies are usually done if the mass is a solid tumor. There are two different types of surgical biopsies, excisional, and incisional. Incisional biopsies are performed by removing only a small portion of the abnormal tissue to be examined by a pathologist. With excisional biopsies the whole tumor is removed with a small amount of tissue surrounding it, and then sent to a pathologist to examine.

    There are other procedures that are used for detection of breast cancer. The techniques that are listed above are the most common procedures used for patients today. Newer diagnostic imaging and techniques are being developed that are guaranteed to catch early detection and identify patients that are at a high risk of breast cancer. Infrared Thermographic Imaging is a new discovery that picks up any subtle changes that have occurred in the breast pathology. Another new advancement for early detection is Gamma imaging camera that is used with an MRI that can pick up a cancerous tumor that is within the breast. There are always new advances in technology that will help improve the techniques to find early detection of breast cancer. One of these days there will be a cure, but for now concentrate on getting early detection before it becomes too late.
    lihat artikel selengkapnya - Screening For Breast Cancer
    iklan2

    iklan0
    Reasons Why 100% Effective Vaginal Odour Treatments “Don’t” Work

    iklan1
    Why is it that every piece of information found on vaginal odour treatments or vaginal discharge is nearly always the same? Many women admit to feeling more frustrated over this than that of their actual vaginal concern. Reasons given for this happening is, if inappropriate treatments are used and still no cure then naturally you are drawn like a magnet to once again return for what seems repetitive information? Let us say you have a vaginal odour and would like rid because of embarrassment, then what do you do, you look for medication or a solution to clear the smell. You can prevent further episodes of frustration if the right vaginal odour treatments are used in the first place. Take note all frustrated women, could you be using the wrong treatment, if so then the law of average has it that you will no doubt go back and have to read the same old thing over and over again until you get it right. No treatment no matter how affective will give positive results if treating the wrong condition.

    Vaginal odour treatments vary purely because of different causes. These causes can be brought about for many reasons of which need to be determined by your doctor so he/she can get to the root of the problem for why the smell is there. Vaginal odour treatments are only 100% affective if your prescription is to treat the right symptoms. The vagina is an odourless organ of the body, but if your vagina is in the process of releasing an unhealthy smell - then there has to be a perfectly simple explanation for this, and for why there maybe a vaginal itch also. Having an itch around your private parts is not only embarrassing but one that can worsen if infection sets in after the delicate skin surrounding the vagina is torn through fingernails used for relief.

    The best course of action to avoid vaginal irritation is to keep the genital area dry giving the region room breathe.

    1 Cotton underwear should be worn
    2 Change sanitary towels and tampons at regular intervals
    3 Refrain from using vaginal sprays, deodorants or other type smellies
    4 Remove damp clingy clothing caused through sweating
    5 Avoid tight-fitting clothes; not only to help keep vaginal smells at bay but for comfort too
    6 Wearing synthetic materials next to the skin can cause irritation
    7 Cleanse well after using the loo. Use the front to back motion after bowel movement
    8 Hot sweaty conditions should have you wash more

    There may be times that you feel the need to go that extra mile by giving the vagina a real good scrub on the inside. Douching is not recommended as it can disturb the vagina's natural acidic balance and increase risk of irritation. A vaginal douche forces water or other fluids into the vaginal cavity to clean away discharge or stubborn period blood. The vulva only needs a daily rinse with warm water. Some fem products may contain scented ingredients which can add to your problem or cause irritation.

    Bacterial Vaginosis/vaginitis

    Bacterial vaginosis is an inflammation which happens in the vagina and includes several germs that cause bacterial vaginosis yeast infections and trichomoniasis. Bacterial vaginosis is the most common vaginal infection affecting from 10 percent to 64 percent of the female population. If BV is left untreated it can increase risk of pelvic inflammatory disease (PID), endometritis, cervicitis, and cause complications to rise throughout pregnancy. Main causes of bacterial vaginosis include an overgrowth of anaerobic bacteria and the Gardnerella organism.

    One familiar symptom of bacterial infection is an unpleasant fishy odor. Itching and/or burning sometimes come with bacterial infections, but are not necessarily a symptom of the condition. Bacterial Vaginosis treatment is relatively easy and effective. BV treatment usually consists of three days or up to a week of applying Cleocin 2% vaginal cream. Oral antibiotic treatment is sometimes given on prescription.

    Vaginal Thrush

    Thrush is an infection caused by yeast called Candida. Tiny numbers of Candida live on the skin and around the vaginal region. The immune system and the harmless bacteria that normally reside on the skin and in the vagina usually stop Candida from flourishing. Trailing behind bacterial vaginosis, thrush is the second most common cause of a vaginal discharge. Discharge is recognized as white and smooth, but can be loose (watery.) Aside from pain (not all patients) thrush is a female complaint of torment where the symptoms of an itch and redness come to the fore. Symptoms are normally petty and clear up them self. There are various treatments for thrush so it is important for your doctor to be the one who recommends any treatments.

    Topical treatments are pessaries and creams which are inserted into the vagina with an applicator. Ingredients include anti-yeast medicines such as clotrimazole, econazole, fenticonazole, or miconazole. You can get topical treatments on prescription, or you can buy them at chemists without a doctor's prescription. Topical treatments can be used if you are expecting a baby.

    Two types of tablet for treating thrush are available. Fluconazole is taken as a single dose, or itraconazole which is taken as two doses over the course of 24 hours. Side-effects are rare. Unlike topical treatments these are not to be taken if pregnant or breastfeeding. Anti-yeast cream can be rubbed onto the skin around the vagina to help relieve an itch. Tablet treatments and topical creams are equally effective. Women find the tablets more convenient, although more expensive, but hey girls what's a few extra pennies in comparison to having a healthy vagina.
    lihat artikel selengkapnya - Reasons Why 100% Effective Vaginal Odour Treatments “Don’t” Work
    iklan2

    iklan0
    How Low Libido Affects Women versus Men

    iklan1
    Most women and men experience low female libido at some time in their lives. Although the causes and treatments are not the same, many studies and much research is still needed to distinguish the subtle differences between how the two genders experience low libido. Believe it or not, about twice as many women than men experience low libido and it has a profound affect on their intimate relationships. We will identify some of the causes and symptoms specific to women who suffer from lack of libido. Some women don’t even realize that there are several medications that women frequently take which affect female libido. Many oral contraceptives suppress female libido so gradually that a woman may not even realize it is happening. Oral contraceptives prevent ovulation by changing the amount of hormones that are released in a woman’s body, so imagine how potent these medications actually need to be and how easily these hormonal changes could affect women’s libido. Women who have undergone a hysterectomy, for any reason, may also experience low sexual desire because the female hormones are suddenly depleted. Many women take medications (hormone replacement therapy or female libido pills) to replace the loss of hormones, which will usually increase libido, sexual desire, and sexual response. Many women increase libido by taking libido enhancer pills. These are usually made with a special blend of herbs used to treat female or women’s libido. Menopause is another cause of low libido and lack of sexual desire. This is again, due to the depletion and imbalance of hormones. Sometimes the loss of sexual desire that occurs naturally with age, can be aggravated by less moisture and lubrication in the vagina. This can make sexual intercourse uncomfortable or even painful and it may cause frustration and stress that a woman begins to associate with sex. Obviously birth control pills, hysterectomies, and menopause are all reasons specific to the loss of female libido. The causes of low libido in men are more commonly caused from lower testosterone levels as men age, depression, stress, medical conditions, and substance abuse. There are medications such as Viagra that are very effective for men who would like to increase libido. If the problem is psychological, individual or couples therapy can help a great deal. It is important for a man with low libido to eat a healthy diet, exercise regularly, and get plenty of sleep. It is also extremely beneficial for a man with low libido to not smoke and moderate his alcohol intake. If you are a male or female who suffers from low libido, you should consult a physician to make sure this problem is not a result of a more serious medical condition that requires attention. In relationships, open communication is a great help and goes a long way in overcoming low male or to increase female libido.
    lihat artikel selengkapnya - How Low Libido Affects Women versus Men
    iklan2

    iklan0
    Breast Enhancement Therapy For Each Individual

    iklan1
    A lady finds herself to be a complete woman only after she has experienced the divine joy of motherhood. This can be expressed only after going through the stages of pregnancy, childbirth and lactation or breast-feeding.
    These stages bring many emotional, mental and physical changes in every woman. The breast enlargement is a major part of this change, which takes place naturally. The enlarged breasts are firm during the period of lactation as the supply of hormones to produce mother’s milk is continuously maintained. The fullness of female anatomy during such a period is for everyone to appreciate in a divine way. Even a skinny woman finds herself to be large breasted during this period.
    However, after this phase is over and lactation stops, the breasts start shrinking and sagging as well. It is the desire of every woman to remain firm breasted with rounded large beasts, always. The absence of these features certainly brings confidence problems in some women. The confidence problems can be severe enough to result in anxiety or depression in certain cases. Therefore, the thought of breast enhancement therapy comes instantly to the female mind.
    The same can be said for woman going through menopause. They may have large breasts, but the breasts are neither shaped well nor firm. However many ladies would like to retain their firmness particularly in the breasts, during that age as well. There are a few surgeries available, which cause breast enlargement. But, these have to be observed with the passage of time for their effectiveness and side effects, if any.
    The major draw backs for the types of therapy involving surgery is that they are costly and every woman may not be able to afford it. Hence, we have breast enhancement pills, which are safe to use and these produce the desired result over a period of time. A woman, using breast pills regularly feels more confident after developing firm and well-shaped breasts large enough to attract the others’ attention. These pills can also be used by women who have lost the shape and size of their breasts due to a prolonged illness.
    These breast enlargement pills supplement the estrogen and other feminine hormones that are responsible for the development and growth of female breasts during puberty or pregnancy, thereby strengthening the breast tissues and enlarging the mammary glands. The herbal pills have certain advantages over other therapies as they contain certain herbal ingredients that open up the tissues and then expand them to make the female breasts rounded and firm. It is important to keep in mind that the process of shaping and enlarging the breasts, which is limited somewhat to genetics, is different for each particular female when taking herbal breast pills.
    lihat artikel selengkapnya - Breast Enhancement Therapy For Each Individual
    iklan2

    iklan0
    Proses Buang Air Besar (Defekasi)

    iklan1
    Defekasi adalah proses pengosongan usus yang sering disebut buang air besar. 'Perdapat dua pusat yang momguasai refieks untuk defe:kasi, yang te:rletak di medula dan sumsum tulang belakang. Apabila terjadi rangsangan parasimpatis, sfingter anus bagian dalam akan mengendor dan usus besar mengucup. Reflek defe;kasi dirangsang untuk buang air beaar, kemudian sfingter anus bagian luar yang diawasi oleh sistem saraf parasimpatis, setiap waktu menguncup atau mengendor. Selama defekasi berbagai otot lain membantu proses itiu, seperti otot dinding perut, diafragma, dan otot-otot dasar pelvis.
    Feses terdiri atas sisa makanan seperti selulosa yang tidak direncanakan dan zat makanan lain yang seluruhnya tidak dipakai oleh tubuh, berbagai macam mikroorganisme, sekresi kelenjar usus, pigmen empedu, dan cairan tubuh. feaes yang normal terdiri atas masa padat, berwarna coklat karena disebabkan ole;h mobilitas sebagai hasil reduksi pigmen empedu dan usus kecil.
    Secara umum, terdapat dua macam refleks yang membantu proses defekasi yaitu pertama, refieks, defekasi intrinsik yang dimulai dari adanya zat sisa makanan (feses) dalam rektum sehingga terjadi distensi, kemudian flexus mesenterikus merangsang gerakan peristaltik, dan akhirnya feses sampai di anus, lalu pada saat sfingter interna relaksasi, maka terjadilah proses defekasi. Kedua, refieks defekasi parasimpatis. Adanya feses dalam rektum yang merangsang saraf rektum, ke spinal cord, dan merangsang ke kolon desenden, ke;mudian ke sigmoid, lalu ke rektum dengan gerakan peristaltik dan akhirnya terjadi relaksasi sfingte:r interna, maka terjadilah proses defekasi saat sfingter interna berelaksasi.
    lihat artikel selengkapnya - Proses Buang Air Besar (Defekasi)
    iklan2

    iklan0
    Gangguan or Masalah Kebutuhan Elektrolit

    iklan1
    1. Hiponatremia
    Hiponatremia merupakan suatu keadaan kekurangan kadar natrium dalam plasma darah yang ditandai dengan adanya kadar natrium plasma yang kurang dari B5 ml;q/h, mual, muntah, diare sehingga timbul rasa haus yang berlebihan, denyut nadi cepat, hipotensi, konvulsi, dan membran mukosa kering. Iliponatremia ini dapat disebabkan oleh kekurangan cairan yang berlebihan seperti kondisi diare yang berkepanjangan.

    2. Hipernatremia
    Hipernatre;mia merupakan suatu keadaan di mana kadar natrium dalam plasma tinggi yang ditandai dengan adanya mukosa kering, oliguria/anuria, turgor kulit buruk dan permukaan kulit membengkak, kulit kemerahan, lidah kering dan ke:merahan, konvulsi, suhu badan naik, kadar natrium dalam plasma lebih dari 145 m h;q/h. Kondisi demikian dapat disebabkan karena dehidrasi, diare, peasupan air yang berlebihan sedang asupan garam sedikit.

    3. Hipokalemia
    Hipokalemia suatu keadaan kekurangan kadar kalium dalam darah. Hipokalemia ini dapat terjadi dengan sangat cepat. Sering terjadi pada pasien yang mengalami diare yang berkepanjangan dan juga ditandai dengan lemahnya denyut nadi, turunnya tekanan darah, tidak nafsu makan dan muntah-muntah, perut kembung, lemah dan lunaknya otot, denyut jantung tidak beraturan (aritmia), penurunan bising usus, kadar kalium plasma menurun kurang dari 3,5 mT;q/L.

    4. Hiperkalemia
    Hiperkalemia merupakan suatu keadaan di mana kadar kalium dalam darah tinggi, sering terjadi pada pasien luka bakar, pe:nyakit ginjal, asidosis metabolik, pembe:rian kalium yang berlebihan melalui intravena yang ditandai dengan adanya mual, hiperaktivitas sistem pencernaan, aritmia, kelemahan, jumlah urine sedikit sekali, diare, adanya kecemasan dan irritable (peka rangsang), serta kadar kalium dalam plasma me:ncapai lebih dari 5 ml;q

    5. Hipokalsemia
    Hipokalsemia me:rupakan keekurangan kadar kalsium dalam plasma darah yang ditandai de:ngan adanya kram otot dan kram perut, kejang, bingung, kadar kalsium dalam plasma kurang dari 4,3 mI/,q/h dan kesemutan pada jari dan sekitar mulut yang dapat disebabkan oleh pengaruh pengangkatan kelenjar gondok atau kehilangan sejumlah kalsium karena sekresi intestinal.


    6. Hiperkalsemia
    Hiperkalsemia merupakan suatu ke;adaan kelebihan kadar kalsium dalam darah yang dapat terjadi pada pasien yang mengalami pengangkatan kelenjar gondok dan makan vitamin D sec:ara berlebihan, ditandai de;ngan adanya nyeri pada tulang, relaksasi otot, batu ginjal, mual-mual, koma, dan kadar kalsium dalam plasma lebih dari 4,3 mEq/h.

    7. Hipomagnesia
    Hipomagnesia merupakan kekurangan kadar magnesium dalam darah yang ditandai dengan adanya iritabilitas, tremor, kram pada kaki dan tangan, takikardi, hipertensi, disorientasi dan konvulsi. Kadar magnesium dalam darah kurang dari 1,3 ml;q/h.

    8. Hipermagnesia
    Ilipermagnesia merupakan kondisi kelebihan kadar magnesium dalam darah yang ditandai dengan adanya, koma, gangguan pernapasan, (Ian kadar magnesium lebih dari 2,5 mI;q/h.
    lihat artikel selengkapnya - Gangguan or Masalah Kebutuhan Elektrolit
    iklan2

    iklan0
    Faktor-faktor yang Mempengaruhi Eliminasi Urine

    iklan1
    1. Diet dan Asupan (intake)
    Jumlah dan tipe makanan merupakan faiKtcw utama yang memengaruhi output urine (jumlah urine). Protein dapat menentukan jumlah urine yang dibentuk. Selain itu, juga dapat meningkatkan pembentukan urine.

    2. Respons Keinginan Awal untuk Berkemih
    Kebiasaan mengabaikan keinginan awal untuk berkemih dapat menyebabkan urine banyak tertahan di dalam urinaria sehingga memengaruhi ukuran vesika urinaria dan jumlah urine.

    3. Gaya Hidup
    Perubahan gaya hidup dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi dalam kaitannya terhadap tersedianva fasilitas toilet.

    4. Stres Psikologis
    Meningkatnya stres dapat mengakibatkan meningkatnya frekuensi keinginan berkemih. Hal ini karena meningkatnya sensitivitas untuk keinginan berkemih dan jumlah urine yang diproduksi.

    5. Tingkat Aktivitas
    Eliminasi urine membutuhkan tonus otot vesika urinaria yang baik untuk fungsi sfingter. Hilangnya tonus otot vesika urinaria menyebabkan kemampuan pengontrolan berkemih menurun dan kemampuan tonus otot didapatkan dengan beraktivitas.

    6. Tingkat Perkembangan
    Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga dapat memengaruhi pola berkemih. I-Ial tersebut dapat ditemukan pada anak, yang lebih memiliki mengalami kesulitan untuk mengontrol buang air kecil. Namun dengan usia kemampuan dalam mengontrol buang airkecil

    7. Kondisi Penyakit
    Kondisi penyakit dapat memengaruhi produksi urine, seperti diabetes melitus.

    8. Sosiokultural
    Budaya dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi urine, seperti adanya kultur pada masyarakat tertentu yang meaarang untuk buang air kecil di tempat tertentu.

    9. Kebiasaan Seseorang
    Seseorang yang memiliki kebiasaan berkemih di mengalamikesulitan untuk berkemih dengan melalui urineal/pot urine bila dalam keadaan sakit.

    10. Tonus Otot
    Tonus otot yang memiliki peran penting dalam membantu proses berkemih adalah otioti kandung kemih, otot abdomen dan pelvis. Ketiganya sangat berperan dalam kontraksi pengontirolan pengeluaran urine.

    11. Pembedahan
    Efek pembedahan dapat menye;babkan penurunan pemberian obat anestesi menurunkan filtrasi glomerulus yang dapat jumlah produksi urine karena dampak dari

    12. Pengobatan
    Pemberian tindakan pengobatan dapat berdampak pada terjadinya peningkatan atau penurunan proses perkemihan. Misalnya pemberian diure;tik dapat meningkatkan jumlah urine, se;dangkan pemberian obat antikolinergik dan antihipertensi dapat menyebabkan retensi urine.

    13. Pemeriksaan Diagnostik
    Pemeriksaan diagnostik ini juga dap'at memengaruhi kebutuhan eliminasi urine, khususnya prosedur-prosedur yang berhubungan dengan tindakan pemeriksaan saluran kemih seperti IVY (intra uenus pyelogram), yang dapat membatasi jumlah asupan sehingga mengurangi produksi urine. Se;lain itu tindakan sistoskopi dapat menimbulkan edema lokal pada uretra yang dapat mengganggu pengeluaran urine.
    lihat artikel selengkapnya - Faktor-faktor yang Mempengaruhi Eliminasi Urine
    iklan2

    iklan0
    Pengaturan Elektrolit

    iklan1
    1. Pengaturan Keseimbangan Natrium
    Natrium merupakan kation dalam tubuh yang berfungsi dalam pengaturan osmolaritas dan volume cairan tubuh. Natrium ini paling banyak pada c:airan ekstrasel. Yengaturan konsentrasi cairan ekstrasel diatur oleh ADH dan aldosteron. Aldosteron dihasilkan oleh korteks suprarenal dan berfungsi untuk mempertahankan keseimbangan konsentirasi natrium dalam plasma dan prosesnya dibantu oleh ADH. ADH mengatur sejumlah air yang diserap ke;mbali ke dalam ginjal dari tubulus renalis. Aldosteron juga mengatur keseimbangan jumlah natrium yang diserap kembali oleh darah. Natrium tidak hanya berge:rak ke dalam atau ke luar tubuh, tetapi juga mengatur keseimbangan c;airan tubuh. Ekskresi dari natrium dapat dilakukan melalui ginjal atau sebagian kecil meelalui tinja, keringat dan air mata.

    2. Pengaturan Keseimbangan Kalium
    Kalium merupakan kation utama yang terdapat dalam c:airan intrasel dan berfungsi mengatur keseimbangan elektrolit. Keseimbangan kalium diatur oleh ginjal dengan mekanisme perubahan ion natrium dalam tubulus ginjal dan sekresi aldosteron. E1ldosteron juga berfungsi mengatur keseimbangan kadar kalium dalam plasma (c;airan ekstrasel). Sistem pengaturannya melalui tiga langkah, yaitu:
    1) Peningkatankonsentrasi kalium dalam cairan ekstirasel yang menyebabkan peningkatan produksi aldosteron.
    2) Meningkatan jumlah aldosteron akan memengaruhi jumlah kalium yang dikeluarkan melalui ginjal.
    3) Peningkatan pengeluaran kalium; konsentrasi kalium dalam cairan ekstra sea menurun.

    Kalium berpengaruh terhadap fungsi sistem pernapasan. Partikel penting dalam kalium ini berfungsi untuk menghantarkan impuls listrik ke jantung, otot lain, jaringan paru, jaringan usus pencernaan. Ekskresi kalium dilakukan melalui urine, dan sebagian lagi melalui tinja dan keringat.

    3. Pengaturan Keseimbangan Kalsium
    Kalsium dalam tubuh berfungsi untuk pembe:ntukan tulang, penghantar impuls kontraksi otiot, koagulasi darah (pemb(;kuan darah), dan membantu beberapa enrim pankreas. Kalsium diekskresi melalui urine dan keringat. Konsentrasi kalsium dalam tubuh diatur langsung oleh hormon paratiroid melalui proses reabsorpsi tulang. Jika kadar kalsium darah me:nurun, kelenjar paratiroid akan merangsang pembentukan hormon paratiroid yang langsung meningkatkan jumlah kalsium dalam darah.

    4. Pengaturan Keseimbangan Klorida
    Klorida merupakan anion utama dalam cairan ekstrasea tetapi khlorida dapat ditemukan pada cairan ekstrasel dan intrasel. Fungsi klorida biasanya bersatu dengan natrium yaitu mempertahankan keseimbangan tekanan osmotik dalam darah. I-Iipokloremia merupakan suatu keadaan kekurangan kadar klorida dalam darah. Sedangkan hiperkloremia merupakan kelebihan klor dalam darah. Kadar klorida yang normal dalam darah orang de;wasa adalah 95-108 mHq/ I,.

    5. Pengaturan Keseimbangan Magnesium
    Magnesium merupakan kation dalam tubuh yang terpenting kedua dalam cairan intrasel. Keseimbangannya diatur oleh kelenjar paratiroid. Magnesium diabsorpsi dari saluran pencernaan. Magnesium dalam tubuh dipengaruhi oleh konsentrasi kalsium. Ilipomagnesemia te°.rjadi bila konsentrasi serum turun kurang dari 1,5 mLq/ I, dan bila hipermagneaemia kadar magnesiumnya lebih dari 2,5 mEq/h.


    6. Pengaturan Keseimbangan Bikarbonat
    Bikarbonat merupakan elektrolit utama dalam larutan buffer (penyangga) dalam tubuh.

    7. Pengaturan Keseimbangan Fosfat (POa)
    Fosfat bersama-sama dengan kalsium berfungsi dalam pembentukan gigi dan tulang. Fosfat diserap dari saluran pencernaan dan dikeluarkan melalui urine.
    lihat artikel selengkapnya - Pengaturan Elektrolit
    iklan2

    iklan0
    Gangguan atau Masalah Kebutuhan Cairan

    iklan1
    1. Hipovolumi atau Dehidrasi
    Kekurangan cairan ekste:rnal terjadi kare:na penurunan asupan cairan dan kelebihan pengeluaran c:airan. '1'ubuh akan merespons kekurangan c:airan tubuh dengan mengosongkan cairan vaskular. Sebagai kompensasi akibat penurunan cairan interstisial, tubuh akan mengalirkan cairan keluar sel. Pengosongan cairan ini terjadi pada pasien diare dan muntah. Ada tiga macam kekurangan volum cairan eksternal atau dehidrasi, yaitu:
    a. Dehidrasi isotonik, terjadi jika kehilangan sejumlah c:airan dan elektrolitnya yang seimbang.
    b. Dehidrasi hipertonik, terjadi jika kehilangan sejumlah air yang lebih banyak dari pada elektrolitnya.
    c. Dehidrasi hipotonik, terjadi jika tubuh lebih banyak kehilangan elektrolitnya daripada air.

    Kehilangan cairan ekstrasel yang berlebihan akan menyebabkan volume ekstrasel berkurang (hipovolume) . Yada keadaan dini, tidak terjadi perpindahan cairan daerah intrasel ke permukaan, sebab osmolaritasnya sama. .Jika terjadi kekurangan cairan ekstrasel dalam waktu yang lama, kadar urea dan nitrogen serta kreatinin meningkat dan menyebabkan terjadinya perpindahan cairan intrasel ke pembuluh darah. Kekurangan cairan dalam tubuh dapat terjadi secara lambat atau cepat dan tidak selalu cepat diketiahui. Kelebihan asupan pelarut sepcrtii protein dan klorida/natrium akan menycbabkan ekskresi atau pengeluaran urine secara berlebihan, serta berkeringat banyak dalam waktu lama dan terus-menerus. Kelainan lain yang menyebabkan kelebihan pengeluaran urine adalah adanya gangguan pada hipotalamus, kele:njar gondok dan ginjal, diare, muntah yang terus-menerus, terpasang drainage, dan lain-lain.
    Macam dehidrasi (kurang volume cairan) berdasarkan derajatnya:
    a. Dehidrasi Berai
    • Pengeluaran/kehilangan cairan 4-6 L.
    • Serum natrium 159-166 mhq/h.
    • Hipotensi.
    • Turgor kulit buruk.
    • Oliguria.
    • Nadi dan pernapasan meningkat.
    • Kehilangan cairan mencapai > 10% BB

    b. Dehidrasi Sedang
    • Kehilangan cairan 2-4 1 atau antara 5-10% BB
    • Serum natrium 152-158 ml;q/h.
    • Mata cekung.
    c. Dehidrasi Ringan dengan ciri-ciri mengalami kehilangan cairan mencapai 5% B atau 1,5-2 L.

    2. Hipervolumi atau Overhidrasi
    Terdapat dua manifestiasi yang ditimbulkan akibat kelebihan cairan yaitu hipervolume (peningkatan volume darah) dan edema (kelebihan c:airan pada interstisial). Normalnya cairan interstisial tidak terikat dengan air, teaapi elastis dan hanya terdapat di antara jaringan. Keadaan hipervolumi dapat menyebabkan Pitting edema merupakan edema yang berada pada darah perife;r atau akan mencekung setelah ditekan pada daerah yang bengkak, hal ini disebabkan karena perpindahan cairan ke: jaringan melalui titik tekanan. Cairan dalam jaringan yang edema tidak digerakkan ke permukaan lain dengan penekanan jari. Nonpitting edema tidak menunjukkan tanda kelebihan cairan ekstrasel, tetapi sering karena infeksi dan trauma yang menyebabkan pengumpulan membekunya cairan pada permukaan jaringa.n. Kelebihan cairan vaskular dapat meningkatkan hidrostatik cairan dan akan menekan cairan ke permukaan interstisial, sehingga dapat menyebabkan edema anasarka (edema yang terdapat diseluruh tubuh).

    Peningkatan tekanan hidrostatik yang besar dapat me:nekan sejumlah cairan hingga ke membran kapiler paru sehingga menyebabkan edema paru, dan dapat mengakibatkan kematian. Manifestasi edema paru adalah penumpukan sputum, dispnea, batuk, dan suara ronki. Keadaan edema mi disebabkan karena gagal jantung yang mengakibatkan peningkatan penekanan pada kapiler darah paru dan perpindahan cairan ke jaringan paru.
    lihat artikel selengkapnya - Gangguan atau Masalah Kebutuhan Cairan
    iklan2

    iklan0
    Zat Gizi

    iklan1
    Zat gizi (nutrient) merupakan zat gizi yang terdapat di dalam makanan, yang terdiri atas:

    1. Karbohidrat
    Karbohidrat merupakan zat gizi yang terdapat di dalam makanan berbentuk amilum. Pembentukan amilum ini terjadi dalam mulut melalui enzim ptialin yang ada dalam air ludah. Amilum diubah menjadi maltosa, kemudian diteruskan kedalam lambung. Dari lambung, hidrat arang dikirim terus ke usus dua belas jari, dan sisa amilum yang belum diubah menjadi maltosa oleh amilase pankreas ini diubah seluruhnya menjadi maltosa. Usus halus mengeluarkan getah pankreas hidrat arang, yaitu enzim maltase yang bertugas mengubah maltosa menjadi dua molekul glukosa dan sukrosa menjadi fruktosa dan glukosa. Sedangkan enzim laktase bertugas mengubah laktosa menjadi glukosa dan galaktosa.

    Penyerapan karbohidrat yang dikonsumsi/dimakan ditemukan dalam tiga bentuk, yaitu polisakarida, disakarida, dan monosakarida. Disakarida dan monosakarida mempunyai sifat mudah larut di dalam air, sehingga dapat diserap melewati dinding usus/mukosa usus mengikuti hukum difusi, osmosis dan tidak memerlukan tenaga serta langsung memasuki pembuluh darah.

    2. Lemak
    Pencernaan lemak dimulai dalam lambung, karena dalam mulut tidak ada enzim pemecah lemak. Lambung mengeluarkan enzim lipase untuk mengubah sebagian kecil lemak menjadi asam lemak dan gliserin, kemudian diangkut melalui getah bening dan selanjutnya masuk ke dalam peredaran darah untuk kemudian tiba di hati. Sintesis, kembali terjadi di dalam saluran getah bening yang mengubah lemak menjadi seperti aslinya.

    Penyerapan lemak dalam bentuk gliserol dan asam lemak, gliserol diserap dengan cara pasif dan asam lemak yang teremulsi ini mampu diserap melewati dinding usus halus dan tidak semua lemak dapat diserap oleh karena itu penyerapan lemak dikatakan dengan cara aktif selektif.

    3. Protein
    Kelenjar ludah dalam mulut tidak membuat enzim proteeasee. Enzim protease terdapat dalam lambung yaitu berupa pepsin yang mengubah protein menjadi albuminosa dan pepton untuk selanjutnya diubah menjadi asam amino dan diserap ole:h dinding usus.

    Dalam usus dua belas jari terdapat enzim tripsin yang berasal dari pankreas yang berfungsi mengubah sisa protein yang belum sempurna diubah menjadi albuminosa dan pepton.

    4. Mineral
    Mineral tidak membutuhkan pencernaan. Mineral hadir dalam bentuk tertentu sehingga tubuh mudah untuk memprosesnya. Umumnya, mineral diserap dengan mudah melalui dinding usus halus secara difusi pasif maupun transpor aktif. Mekanisme transpor aktif terjadi jika kebutuhan tubuh me:ningkat atau diet yang rendah kadar mineralnya. Mekanisme transpor aktif ini diatur oleh hormon.

    5. Vitamin
    Proses penyerapan vitamin dapat dilakukan dengan difusi sederhana. Vitamin yang larut dalam lemak diserap oleh sistem transpor aktif yang membawa lemak ke scluruh tubuh, sedang vitamin yang larut dalam air mempunyai beberapa variasi mekanisme transpor aktif.

    6. Air
    Air merupakan zat gizi yang paling mendasar. Tubuh manusia terdiri atas kira-kira 50%-70% air. Asupan air secara teratur sangat penting dibandingkan dengan asupan nutrisi lain.
    Bayi memiliki proporsi air yang lebih besar dari pada orang dewasa. Semakin tua umur seseorang, maka proporsi air tubuhnya semakin berkurang. Pada orang dewasa asupan cairan air berkisar antara 1200-1500 cc: perhari, walaupun sering dianjurkan 1900 cc sebagai batas optimum. Selain itu, air dapat masuk ke tubuh melalui makanan lain berkisar antara 500-900 cc: perhari. Di samping itu juga dapat diperoleh dari hasil akhir proses oksidasi. Kebutuhan air akan makin meningkat jika terjadi peningkatan kehilangan air misalnya berkeringat, muntah, diare, atau adanya gejala dehidrasi.
    lihat artikel selengkapnya - Zat Gizi
    iklan2

    iklan0
    Saluran Pencernaan

    iklan1
    1. Mulut
    Mulut merupakan bagian awal dari saluran pencernaan yang terdiri atas dua bagain luar (vestibula), yaitu ruang di antara gusi, gigi, bibir, pipi, dan bagian terdiri atas rongga mulut. Di dalam mulut, makanan mengalami mekanis melalui proses mengunyah dengan cara menghancurkan makanan sampai merata dengan bantuan enzim amilase yang akan memecah amilum menjadi maltosa.

    Proses mengunyah ini merupakan kegiatan yang terkoordinasi antara lidah, gigi dan otot-otot mengunyah. Di dalam mulut juga terdapat kelenjar saliva yang menghasillian saliva untuk proses pencernaan dengan cara mencerna hidrat arang khususnya amilase untuk melicinkan bolus sehingga mudah ditelan.

    2. Faring dan Esofagus
    Faring merupakan bagian saluran pencernaan yang terletak di belakang mulut, dan laring. Faring berbentuk kerucut dengan bagian terlebar di bagian atas yang berjalan hingga vetebra servikal keenam. Faring langsung berhubungan dengan esofagus, sebuah tabung yang memiliki otot dengan panjang kurang lebih 20-25 cm yang terletak di belakang trakea dan di depan tulang punggung kemudian masuk melalui toraks menembus diafragma yang berhubungan langsung dengan abdomen dan menyambung dengan lambung.

    Esofagus merupakan bagian yang menghantarkan makanan dari faring menuju lambung, bentuknya seperti silinder yang berongga dengan panjang 2 cm. Kudua ujungnya dilindungi oleh sfingter. Sfingter bagian atas dalam keadaan normal selalu tertutup kecuali bila ada makanan masuk ke dalam lambung. Keadaan ini bertujuan untuk mencegah gerakan balik ke organ bagian atas yaitu esofagus. Proses penghantaran makanan dilakukan dengan kerja peristaltik.

    3. Lambung
    Lambung merupakan bagian saluran pencernaan yang terdiri atas bagian atlas (disebut fundus), bagian utama dan bagian bawah yang horizontal disebut antram pilorik. Lambung ini berhubungan langsung dengan esofagus melalui orilisium atau kardia dan dengan duodenum melalui orifisium pilorik. Lambung terletak di bawah diafragma dan di depan pankreas.
    Lambung memiliki fungsi sebagai berikut:
    a. Fungsi motoris adalah menampung makanan, memecah makanan menjadi partikel kecil dan meneampurnya dengan asam lambung.
    b. Fungsi sekresi dan pencernaan adalah untuk mensekresi pepsin dan HCl yang akan memeeah protein menjadi pepton.

    4. Usus Halus
    Usus halus merupakan tabung berlipat-lipat dengan panjang kurang lebih 2,5 m dalam keadaan hidup. Kemudian akan bertambah panjang menjadi kurang lebih 6 m pada orang yang telah meninggal akibat relaksasi otot yang telah kehilangan tonusnya. Usus halus terletak di daerah umbilikus dan dikelilingi oleh usus besar.
    Usus halus terdiri atas tiga bagian, yaitu duodenum dengan panjang kurang lebih 2,5 cm, jejunum dengan panjang kurang lebih 2 m dan ileum panjang kurang lebih 1 m atau 3/5 akhir dari usus. Lapisan dinding dalam usus halus mengandung berjuta-juta vili kira-kir-a 4-5 juta yang membentuk mukosa menyerupai beludru. Pada permukaan setiap vili terdapat tonjolan yang menyerupai jari-jari disebut mikrovili. Vili bersama-sama dengan mikrovili dan vaivula kaniventes menambah luasnya permukaan sekresi dan absorpsi serta menghalangi agar isinya tidak terlalu cepat berjalan sehingga absorpsi lebih banyak terjadi.

    Pada dinding usus halus khususnya mukosa, terdapat beberapa nodula jaringan limfa yang disebut kelenjar soliter, berfungsi sebagai perlindungan terhadap infeksi. Di dalam ileum nodula ini membentuk tumpukan kelenjar terdiri atas 20-30 kelenjar soliter.

    Fungsi usus halus pada umumnya adalah meneerna aan mengabsorpsi chyme dari lambung, sebagai tempat pengabsorpsian makanan, zat makanan yang telah halus akan diabsorpsi di dalam usus halus yaitu pada duodenum dan disini terjadi absorpsi besi, kalsium dengan bantuan vitamin D, vitamin A, D, E, dan K dengan bantuan empedu dan asam folat.

    5. Usus Besar
    Usus besar atau disebut juga sebagai kolon adalah sambungan dari usus halus yang dimulai dari katup ileokolik atau ileosaekal yang merupakan tempat lewatnya makanan. Usus besar memiliki panjang kurang lebih 1,5 meter. Kolon terbagi atas asenden, transversum, desenden, dan sigmoid, dan berakhir di rektum yang panjangnya kira--kira 10 em dari usus besar, dimulai dari kolon sigmoideus dan berakhir pada saluran anal. Tempat kolon asenden membentuk belokan tajam di abdomen atas bagian bagian kanan disebut fleksura hepatis, sedangkan terrapat knlor transversum membentuk belokan tajam di abdomen atau bagian kiri disebut fleksura lienalis.

    Fungsi utama usus besar adalah mengabsorpsi air (kurang Iebih 90%), elektrolit, vitamin dan sedikit glukosa. Kapasitas ansorbsi air kurang lebih 5000 cc/hari, kemudian flora yang terdapat dalam usus besar berfungsi untuk menyintesis vitamin K dan B serta memungkinkan pembusukan sisa-sisa makanan.

    lihat artikel selengkapnya - Saluran Pencernaan
    iklan2

    iklan0
    Proses Oksigenasi

    iklan1
    Proses pemenuhan kebutuhan oksigenasi di dalam tubuh terdiri at as tiga tahapan, yaitu ventilasi, difusi, dan transportasi.
    1. Ventilasi
    Proses ini merupakan proscs keluar dan masuknya oksigen dan atmosfer ke dalem alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
    a. Adanya perbedaan twkanan antara atmosfer dengan paru, semakin tinggi tempat, maka twkanan udara semakin rendah. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah, maka tempat tekanan udara semakin tinggi.
    b. Adanya kemampuan toraks dan paru pada alveoli dalam melaksanakan ekspansi atau kembang kempis.
    c. Adanya jalan napas yang dimulai dari hidung hingga alveoli yang terdiri atas berbagai otot polos yang kcrjanya sangat dipengaruhi oleh sistem saraf otonom. Terjadinya rangsangan simpatis dapat mc:nycbabkan relaksasi schingga dapat terjadi vasodilatasi, kcmudian kerja saraf parasimpatis dapat mcnycbabkan kontriksi schingga dapat mcnvebabkan vasokontriksi atau proses penyempitan.
    d. Adanya rcflcks batuk dan muntah.
    e. Adanva peran mukus siliaris scbagai pcnangkal benda asing yang mengandung interveron dan dapat rnengikat virus. Pengaruh proses ventilasi selanjutnya adalah contpliemce recoil. Complience yaitu kemampuan paru untuk mengembang yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu adanya surfaktan pada lapisan alveoli vang berfungsi untuk menurunkan tegangan permukaan dan adanva sisa udara yang menyebabkan tidak terjadinya kolaps dan gangguan toraks. Surfaktan diproduksi saat terjadi peregangan sel alveoli, dan disekresi saat pasien menarik napas, sedangkan recoil adalah kemampuan untuk mengeluarkan CO2 atau kontraksi menyempitnya paru. Apabila contplience baik akan tetapi recoil terganggu maka CO2 tidak dapat di keluar secara maksimal.

    Pusat pernapasan yaitu medulla oblongata dan pons dapat memengaruhi proses ventilasi, karena CO2 memiliki kemampuan merangsang pusat pernapasan. Peningkatan CO, dalam batas 60 mmHg dapat dengan baik merangsang pusat pernapasan dan bila paCO, kurang dari sama dengan 80 mmHg maka dapat menyebabkan depresi pusat pernapasan.
    2. Difusi Gas
    Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kapiler paru dan CO, di kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
    a. Luasnya permukaan paru.
    b. Tebal membran respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan interstisial keduanya ini dapat memengaruhi proses difusi apabila terjadi proses penebalan.
    c. Perbedaan tekanan dan konsentrasi O„ hal ini dapat terjadi sebagaimana O, dari alveoli masuk ke dalam darah oleh karena tekanan O, dalam rongga alveoli lebih tinggi dari tekanan O, da1am darah vena pulmonalis, (masuk dalam darah secara berdifusi) dan paCOJ dalam arteri pulmonalis juga akan berdifusi ke dalam alveoli.
    d. Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus dan saling mengikat Hb.

    3. Transportasi Gas
    Transportasi gas merupakan proses pendistribusian antara O2 kapile;r ke jaringan tubuh dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi, akan berikatan dengan Hb membentuk Oksihemoglobin (97%) dan larut dalam plasma (3%), sedangkan C02 akan berikatan dengan Hb membentuk karbominohemoglobin (30%), dan larut dalam plasma (50%), dan sebagian menjadi HC03 berada pada darah (65%).
    Transportasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranva:
    a. Kardiak output yang dapat dinilai melalui isi sekuncup dan frekuensi denyut jantung.
    b. Kondisi pembuluh darah, latihan, dan lain-lain.

    Faktor-faktor yang Memengaruhi Kebutuhan Oksigenasi
    1. Saraf Otonomik
    Pada rangsangan simpatis dan parasimpatis dari saraf otonom dapat memengaruhi kemampuan untuk dilatasi dan konstriksi. Hal ini dapat terlihat baik oleh simpatis maupun parasimpatis ketika terjadi rangsangan, ujung saraf dapat mengeluarkan neurotransmiter (untuk simpatis dapat mengeluarkan noradrenalin yang berpengaruh pada bronkodilatasi dan untuk parasimpatis mengeluarkan asetilkolin yang berpengaruh pada bronkokonstriksi) karena pada saluran pernapasan terdapat resoptor adrenergik dan reseptor kolinergik.

    2. Hormonal dan Obat
    Semua hormon termasuk derivat katekolamin dapat, melebarkan saluran pernapasan. Obat yang tergolong parasimpatis dapat melebarkan saluran napas, seperti sulfas atropin, ekstrak Belladona dan obat yang menghambat adrenergik tipe beta (khususnya beta-2) dapat mempersempit saluran napas (bronkokontriksi), seperti obat yang tergolong beta bloker nonselektif.

    3. Alergi pada Saluran Napas
    Baktor yang menimbulkan keadaan alergi, antara lain debu yang terdapat di dalam hawa pernapasan, bulu binatang, serbuk benangsari bunga, kapuk, makanan, dan lain-lain. lni menyebabkan bersin. Apahila ada rangsangan di daerah nasal, batuk apabila di saluran napas bagian atas, dan bronkokontriksi terjadi pada asma bronkial, dan jika terletak saluran napes bagian bawah menyebabkan rhinitis.

    4. Faktor Perkembangan
    Tahap perkembangan anak dapat memengaruhi jumlah kebutuhan oksigenasi, mengingat usia organ dalam tubuh seiring dengan usia perkembangan anak. Hal ini dapat terlihat pada bayi usia prematur, yaitu adanya kecenderungannya kurang pembentukan surfaktan. Demikian juga setelah anak tumbuh menjadi dewasa kemampuan kematangan organ seiring dengan bertambahnva usia.

    5. Faktor Lingkungan
    Kondisi lingkungan dapat memengaruhi kebutuhan oksigen seperti faktor alergi, ketinggian, maupun suhu. Kondisi tersebut memengaruhi kemampuan adaptasi.

    6. Faktor Perilaku
    Perilaku yang dimaksud adalah perilaku dalam mengkonsumsi makanan (status nutrisi), seperti orang obesitas dapat memengaruhi dalam proses pengembangan paru, kemudian perilaku aktivitas yang dapat mempengaruhi proses peningkatan kebutuhan oksigenasi, perilaku merokok dapat menyebabkan proses penyempitan pada pembuluh darah, dan lain-lain.

    Gangguan/Masalah Kebutuhan Oksigenasi
    1. Hipoksia
    Hipoksia merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan kebutuhan oksigen dalam tubuh akibat defisiensi oksigen atau peningkatan penggunaan oksigen di tingkat sel, tanda yang muncul seperti kulit kebiruan (sianosis). Secara umum, terjadinya hipoksia ini disebabkan karena menurunnya kadar Hb menurunnya difusi O, dari alveoli ke dalam darah, menurunnya perfusi jaringan, atau gangguan ventilasi yang dapat menurunkan konsentrasi oksigen.

    2. Perubahan Pola Pernapasan
    a. Tachypnea merupakan pernapasan yang memiliki frekuensi melebihi 24 kali per menit. Proses ini terjadi karena paru dalam keadaan atelektaksis atau terjadi emboli.
    b. Bradypnea merupakan pola pernapasan yang ditandai dengan pola lambat, kurang lebih 10 kali permenit. Pola ini dapat ditemukan dalam keadaan peningkatan tekanan intrakranial yang disertai dengan konsumsi obat-obatan narkotika atau sedatif.
    c. Hiperventilasi merupakan cara tubuh dalam mengompensasi peningkatan jumlah oksigen dalam paru agar pernapasan lebih cepat dan dalam. Proses ini ditandai dengan adanya peningkatan denyut nadi, napas pendek, adanya nyeri dada, menurunnya konsentrasi CO2 dan lain-lain. Keadaan demikian dapat disebabkan karena adanya infeksi, ketidakseimbangan asam-basa atau gangguan psikologis. Apabila pasien mengalami hiperventilasi dapat menyebabkan hipokapnea, yaitu berkurangnya CO, tubuh di bawah batas normal, sehingga rangsangan terhadap pusat pernapasan menurun.
    d. Kusmaul merupakan pola pernapasan cepat dan dangkal yang dapat ditemukan pada orang dalam keadaan asidosis metaholik.
    e. Hipoventilasi merupakan upaya tubuh untuk mengeluarkan karbondioksida dengan cukup yang dilakukan pada saat ventilasi alveolar, serta tidak cukupnya dalam penggunaan oksigen dengan ditandai adanya nyeri kepala, penurunan kesadaran, disorientasi atau ketidakseimbangan eletktrolit yang dapat terjadi akibat atelektasis, otot-otot pernapasan lumpuh, depresi pusat pernapasan, tahanan jalan udara pernapasan meningkat, tahanan jaringan paru dan toraks menurun, compliance paru, dan toraks menurun. Keadaan demikian dapat menyebabkan hiperkapnea yaitu retensi CO2 dalam tubuh sehingga paCO2 meningkat (akibat hipoventilasi) akhirnya menyebabkan depresi susunan saraf pusat.
    f. Dispnea merupakan perasaan sesak dan berat: saat pernapasan. lial ini dapat disebabkan oleh perubahan kadar gas dalam darah/jaringan, kerja berat/berlebihan, dan pengaruh psikis.
    g. Orthopnea merupakan keesulitan bernapas kecuali dalam posisi duduk atau berdiri dan pola ini sering, ditemukan pada seseorang yang mengalami kongestif paru.
    h. Cheyne stokes merupakan siklus pernapasan yang amplitudonya mulamula naik kemudian menurun dan berhenti dan kemudian mulai dari siklus baru.
    i. Pernapasan paradoksial merupakan pernapasan di mana dinding paru bergerak berlawanan arah dari keadaan normal. Sering ditemukan pada keadaan atelektaksis.
    j. Biot merupakan pernapasan dengan irama yang mirip dengan cheyne stokes akan tetapi amplitudonya tidak teratur. Pola ini sering dijumpai pada rangsangan selaput otak, tekanan intrakranial yang meningkat, trauma kepala, dan lain-lain.
    k. Stridor merupakan pernapasan bising yang terjadi karena pe;nyempitan pada saluran pernapasan. Pada umumnya ditemukan pada kasus spasme trakea, atau obstruksi laring.

    3. Obstruksi Jalan Napas
    Obstruksi jalan napas merupakan suatu kondisi individu mengalami ancaman pada kondisi pernapasannya terkait dengan ketidakmampuan batuk secara efektif, yang dapat disebabkan oleh sekresi yang kental atau berlebihan akibat penyakit infeksi, imobilisasi, stasis sekresi dan batuk tidak efektif karena penyakit persarafan seperti CV/1 (cerebro vaskular accident), akibat. efek pengobatan sedatif, dan lain-lain.

    Tanda Klinis:
    a. Batuk tidak efektif atau tidak ada.
    b. Tidak mampu mengeluarkan sekresi di jalan napas.
    c. Suara napas menunjukkan adanya sumbatan.
    d. Jumlah, irama, dan kedalaman pernapasan tidak normal.

    4. Pertukaran Gas
    Pertukaran gas merupakan suatu kondisiindividu mengalami penurunan gas baik oksigen maupun karbon dioksida antara alveoli paru dan sistem vaskular, dapat disebabkan oleh sekresi yang kental atau imobilisasi akibat penyakit sistem saraf, depresi susunan saraf pusat, atau penyakit radang pada paru. '1`erjadinya gangguan pertukaran gas ini menunjukkan penurunan kapasitas difusi Yang antara lain disebabkan oleh menurunnYa luas pcrmukaan difusi, menebalnya membran alveolar kapiler, rasio ventilasi perfusi tidak baik dan dapat menyebabkan pengangkutan Cy, dari paru ke jaringan terganggu, anemia dengan segala macam bentuknya, keracunan CO2„ dan terganggunya aliran darah.

    Tanda Klinis:
    a. Dispnea pada usaha napas.
    b. Napas dengan bibir pada fase ekspirasi yang panjang.
    c. Agitasi.
    d. Lelah, letargi.
    e. Meningkatnya tahanan vaskular paru.
    f. Menurunnya saturasi oksigen, meningkatnya paCO2
    g. Sianosis.
    lihat artikel selengkapnya - Proses Oksigenasi
    iklan2
    kti