Sabtu, 03 Desember 2011

iklan0
Karakteristik Ibu Dengan Abortus Inkompletus di RSU

iklan1

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Tingginya AKI menurut Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 1997 yaitu 334/100.000 kelahiran hidup. Mengingat masih tinggi AKI maka pada tanggal 12 Oktober 2003 pemerintah telah mencanangkan Gerakan Nasional kehamilan yang aman atau Making Pragnancy Safer (MPS) sebagai strategi pembangunan kesehatan masyarakat menuju Indonesia Sehat 2010 dan menetapkan target dengan menurunkan AKI menjadi 125/100.000 kelahiran hidup di tahun 2010 (Saefudin, 2001).
Penyebab kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan (30%), infeksi (12%), eklampsi (25%), abortus (5%), partus lama (5%), emboli obstetri (3%), komplikasi masa nifas (8%) dan penyebab lainnya (12%). Perdarahan yang menyebabkan kematian ibu yang sekarang banyak ditemui adalah abortus. Menurut SDKI tahun 1997 menunjukkan bahwa wanita berstatus menikah melakukan abortus masih tinggi berkisar 9,2% dengan alasan tidak menginginkan anak lagi atau untuk menjarangkan kehamilan, tetapi tidak menggunakan alat kontrasepsi (Depkes RI, 2001).
Keguguran/abortus merupakan masalah kesehatan yang terjadi pada ibu hamil juga pada janin di dalam kandungan dimana usia kehamilan kurang dari 22 minggu atau berat badan janin 1000 gr dan abortus ini bisa terjadi karena kondisi ibu yang lemah, kehamilan yang tidak diinginkan dan kehamilan di luar nikah. Keguguran atau abortus sering terjadi adalah abortus inkompletus, dimana janin yang dikandungnya sudah keluar sebagian dan sebagian lagi tinggal di dalam rahim. Bila keguguran ini terjadi harus segera ditangani untuk mengatasi perdarahan yang banyak yang dapat menyebabkan kematian pada ibu (Manuaba, 1998).
Pada tahun 2000, WHO memperkirakan 2/3 kehamilan di dunia merupakan kehamilan yang tidak diinginkan yaitu sekitar 50 juta per tahun. Sebanyak 60% mendapat pertolongan yang aman dan 40% mendapat pertolongan tidak aman. Hal ini menyumbangkan AKI 15-20% diperkirakan sekitar 700.000 wanita/ibu meninggal per tahun akibat abortus tak aman, yaitu 1 diantara 10 kehamilan atau 1 diantara 7 kelahiran. 90% terjadi di negara berkembang yang merupakan 15 kali angka kematian dibanding di negara maju (Affandi, 2008).
Di Indonesia diperkirakan sekitar 2-2,5% mengalami keguguran setiap tahun sehingga secara nyata dapat menurunkan angka kelahiran menjadi 1,7 per tahunnya (Manuaba, 2001).
Berdasarkan kutipan Syahrianti tahun 2004 mahasiswi Politeknik Kesehatan Medan Program Studi Kebidanan Pematang Siantar yang dikemukakan oleh Siegler dan Eastman, Insidenabortus secara umum berkisar 10% dari seluruh kehamilan. Demikian juga di Rumah Sakit Pirngadi Medan tahun 2003, prevalensi abortus meningkat sesuai dengan usia ibu 12% pada usia 20 tahun dan 50% pada usia 45 tahun dan 80% dari abortus terjadi pada bulan ke 2-3 kehamilan menurut Eastman dan 76% menurut Simens (Syahrianti, 2004).
Berdasarkan survei awal yang dilakukan peneliti di Rumah Sakit Dr. F.L. Tobing Sibolga, peneliti memperoleh data terjadi peningkatan abortus inkompletus dari tahun ke tahun. Pada tahun 2006 ada sebanyak 30 kasus dari 228 persalinan, tahun 2007 ada sebanyak 38 kasus dari 208 persalinan.
Melihat masih tingginya angka abortus inkompletus, maka penulis termotivasi melakukan penelitian tentang “Karakteristik Ibu Dengan Abortus Inkompletus Di RSU. Dr. F. L. Tobing Sibolga Tahun 2008”.

B.    Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang tersebut, maka penulis merumuskan tentang “Bagaimanakah Karakteristik Ibu Dengan Abortus Inkompletus di RSU. Dr. F.L. Tobing Sibolga Tahun 2008?”.

C.    Tujuan Penelitian
C.1.    Tujuan Umum
Untuk mengetahui Karakteristik Ibu Dengan Abortus Inkompletus RSU. Dr. F.L. Tobing Sibolga Tahun 2008.
C.2.    Tujuan Khusus
C.2.1.    Untuk mengetahui karakteritik ibu dengan abortus inkompletus berdasarkan usia ibu.
C.2.2.    Untuk mengetahui karakteritik ibu dengan abortus inkompletus berdasarkan pendidikan ibu.
C.2.3.    Untuk mengetahui karakteritik ibu dengan abortus inkompletus berdasarkan pekerjaan ibu.
C.2.4.    Untuk mengetahui karakteritik ibu dengan abortus inkompletus berdasarkan pekerjaan suami.
C.2.5.    Untuk mengetahui karakteritik ibu dengan abortus inkompletus berdasarkan paritas.
C.2.6.    Untuk mengetahui karakteritik ibu dengan abortus inkompletus berdasarkan usia kehamilan.
C.2.7.    Untuk mengetahui karakteritik ibu dengan abortus inkompletus berdasarkan riwayat kehamilan yang lalu.

D.    Manfaat Penelitian
D.1.    Bagi Peneliti
1.    Sebagai sarana pengembangan diri dan penerapan pengetahuan yang diperoleh penulis tentang metodologi penelitian.
2.    Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Diploma III Kebidanan di Akbid Nauli Husada Sibolga.
D.2.    Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan bacaan di perpustakaan Akbid Nauli Husada Sibolga.
D.3.    Bagi Institusi Rumah Sakit
Sebagai bahan evaluasi dan satu dasar memiliki langkah yang tepat dalam upaya melakukan asuhan dan pengobatan yang komprehensif terhadap penderita abortus inkompletus.
D.4.    Bagi Masyarakat
Sebagai bahan tambahan informasi mengenai abortus inkompletus.


Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran No.153

untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI
lihat artikel selengkapnya - Karakteristik Ibu Dengan Abortus Inkompletus di RSU
iklan2

iklan0
Karakteristik Ibu Bersalin Dengan Ekstraksi Vakum Di Klinik

iklan1

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Di dalam Rencana Strategi Nasional Making Pregnancy Safer di Indonesia 2001-2010 disebut bahwa dalam Rencana Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010, Making Pregnancy Safer mempunyai misi dan visi untuk mencapai Indonesia sehat 2010. Visi Making Pregnancy Safer adalah semua perempuan di Indosenia dapat menjalani kehamilan dan persalinan dengan aman dan bayi dilahikan hidup sehat. Sedangkan misinya adalah menurunkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir melalui pemantapan sistem kesehatan untuk menjamin ASKES terhadap intervensi yang cost-effective berdasarkan bukti ilmiah yang berkualitas, memberdayakan wanita, keluarga dan masyarakat dan mempromosikan kesehatan ibu dan bayi baru lahir yang lestari sebagai suatu prioritas dalam program pembangunan nasional. Dan tujuan Making Pregnancy Safer adalah menurunkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir di Indonesia (Depkes RI, 2001).
    Ekstraksi vakum merupakan tindakan untuk melahirkan bayi.dengan ekstraksi menggunakan tekanan negatif dengan alat vakum.
Tehnik melahirkan bayi menggunakan alat vakum yang telah diperkenalkan sejak tahun 1840 oleh Simpson, dan model alat ini terus berubah demi mengurangi resiko pada bayi yang diperkenalkan Malmstrom tahun 1954.alat ekstraksi vakum dibuat dalam 2 bentuk. Ada yang terbuat dari bahan  stainless dan silastic yang masing-masing punya keunggulan.Prinsip kerja alat ekstraksi vakum adalah dengan memberikan tekanan negatif, sehingga akan membentuk kaput dikulit kepala bayi yang berguna sebagai tempat tarikan saat ibu mengejan (Cuningham F, 2002).
    Adanya beberapa faktor ibu maupun janin menyebabkan tindakan ekstraksi vakum dilakukan yaitu ketidakmampuan mengejan, keletihan, penyakit jantung, section secarea pada persalinan sebelumnya, kala II yang lama, dan posisi janin oksiput posterior atau oksiput transverse menyebabkan persalinan tidak dapat dilakukan secara normal. Maka perlu tindakan ekstraksi vakum. Ekstraksi vakum dapat mengakibatkan terjadinya toleransi pada servik uteri dan vagina ibu sehingga mengakibatkan perdarahan yang dapat meningkatkan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB). Disamping itu terjadi laserasi pada kepala janin yang dapat mengakibatkan pendarahan intrakranial.(Depkes RI,2005)
Menurut data WHO, sebanyak 99% kematian ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran yang terjadi di negara-negara berkembang. Rasio kematian ibu di Negara-negara bekembang merupakan yang tertinggi dengan 450 kematian ibu per 100.000 kelahiran bayi hidup jika dibandingkan dengan rasio kematian ibu di sembilan negara maju dan 51 negara persemakmuran.
Dr. Ieke menegaskan bahwa 90% kematian ibu di Indonesia disebabkan oleh pendarahan (30%), infeksi (12%), eklampsia (25%), partus lama (11%), komplikasi abortus (12%) dan penyebab lainnya (Depkes RI, 2001)
    Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)  tahun 2002 menunjukkan bahwa terdapat peningkatan AKI dari 307 menjadi 390 per 100.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2005).
    persalinan yang didapat dari WHO kejadian ekstraksi vakum berkisar antara 38% dan pervaginam berkisar 62% pada presentase belakang-kepala. Sekalipun kejadian kecil tetapi mempunyai penyulit yang besar dengan angka kematian ibu 90% disebabkan oleh perdarahan yaitu (Mochtar 1998) atonia uteri 50% - 60 %, retensio plasenta 16% -17 %, laserasi jalan lahir 4% - 5%, kelainan darah 0,5% - 0,8%, infeksi, partus lama dan komplikasi lain (Depkes RI, 2002).
    Alasan pemilihan alat ekstraksi vakum (alat bantu persalinan pervaginam) adalah untuk menghindari tingginya angka operasi caesar yang sudah membutuhkan biaya relatif lebih besar dan resiko dari tindakan operasi terhadap ibu bila dibandingkan dengan tindakan ekstraksi vakum, selain itu komplikasi yang terjadi pada partus buatan dengan ekstraksi vakum biasanya timbul akibat terlalu lama dan terlalu kuatnya tarikan kadang juga operator sering  menemukan kendala dari pihak keluarga akibat sikap keluarga yang tidak siap operasi dan meminta dokter untuk mencoba tetap lahir pervaginam.
    Berdasarkan penelitian  pada periode 01 Januari – 31 Mei 2009 di Klinik Yoshua Lubuk Pakam ditemukan kasus ekstraksi vakum sebanyak 67 (19,6%) dari 341 jumlah ibu bersalin.
Sebagian kasus ekstraksi vakum yang ditolong di Klinik Yoshua adalah partus lama (55%), dan sebagian terbesar adalah kiriman bidan dengan angka tertinggi primigravida (66,5%).
    Berdasarkan data dan penjelasan diatas maka penullis tertarik mengetahui “Karakteristik ibu bersalin dengan ekstraksi vakum di Klinik Yoshua Lubuk Pakam periode 01 Januari – 31 Mei 2009.

B.    Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang tersebut maka penulis merumuskan masalah bagaimana  Karakteristik Ibu Bersalin Dengan Ekstraksi Vakum Di Klinik Yoshua Lubuk Pakam Periode 01 Januari – 31 Mei Tahun 2009.

C.    Tujuan Penelitian
C.1.  Tujuan umum
Untuk mengetahui karakteristik ibu bersalin dengan ekstraksi vakum di Klinik Yoshua Lubuk Pakam Periode 01 Januari – 31 Mei Tahun 2009.
C.2.  Tujuan khusus
1.    Untuk mengetahui karakteristik ibu pada kasus ekstraksi vakum berdasarkan umur ibu.
2.    Untuk mengetahui karakteristik ibu pada kasus ekstraksi vakum berdasarkan pendidikan ibu.
3.    Untuk mengetahui karakteristik ibu pada kasus ekstraksi vakum berdasarkan pekerjaan ibu.
4.    Untuk mengetahui karakteristik ibu pada kasus ekstraksi vakum berdasarkan pritas
5.    Untuk mengetahui karakteristik ibu pada kasus ekstraksi vakum berdasarkan cara persalinan yang lalu.

D.    Manfaat Penelitian

D.1.    Bagi Peneliti
Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman penulis dalam penerapan ilmu yang didapat di masa pendidikan di Akademi Kebidanan Nauli Husada Sibolga.
D.2.    Bagi Pendidikan
Sebagai bahan informasi yang dijadikan referensi bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian lebih lanjut bagi yang membutuhkannya.
D.3.    Bagi Instansi
Meningkatkan mutu pelayanan yang telah dicanangkan oleh pemerintah supaya pertumbuhan dan perkembangan pada anak semakin optimal dan dapat tercapai seoptimal mungkin.




Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran No.152

untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI
lihat artikel selengkapnya - Karakteristik Ibu Bersalin Dengan Ekstraksi Vakum Di Klinik
iklan2

iklan0
Hubungan Peran Bidan Dan Karakteristik Ibu Menyusui Dengan Pemberian ASI Eksklusif Di Puskesmas

iklan1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan kesehatan tersebut merupakan upaya seluruh potensi bangsa Indonesia baik masyarakat, swasta, maupun pemerintah. (Depkes RI, 2007)
Anak merupakan tumpuan harapan bagi kelangsungan hidup umat manusia dan menjadi generasi penerus bangsa. Semua itu akan terpenuhi bila anak mencapai tumbuh kembang yang optimal. Tumbuh kembang dapat optimal apabila segala kebutuhannya terpenuhi, sehingga kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dapat ditingkatkan. Salah satu upaya yang memberi dampak cukup penting terhadap peningkatan kualitas SDM adalah upaya peningkatan status gizi masyarakat. Salah satu program tersebut dilakukan dengan upaya pemberian ASI Eksklusif yang berguna untuk meningkatkan status gizi bayi. Air Susu Ibu (ASI) telah terbukti mempunyai keunggulan yang tak bisa digantikan susu manapun, karena ASI mengandung zat gizi yang selalu menyesuaikan dengan kebutuhan bayi setiap saat, bahkan ketika sakitpun kandungan gizi ASI akan menyesuaikan dengan kebutuhan bayi. ASI juga berfungsi sebagai imunitas (kekebalan) terhadap penyakit, sehingga anak akan sulit terserang penyakit (Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan RI, 2007).
Sudah tidak dapat dipungkiri lagi bahwa ASI merupakan mukjizat dari Tuhan yang diberikan kepada umatnya melalui ibu yang menyusui bayinya dengan ASI. ASI adalah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi, baik fisik, psikologi, sosial maupun spiritual, dan pemberian ASI selama 1 jam pertama dalam kehidupannya dapat menyelamatkan 1 juta nyawa bayi. Berkaitan dengan pentingnya ASI 1 jam pertama maka dianjurkan sesegera mungkin meletakkan bayi yang baru dilahirkan pada dada ibunya dan membiarkannya selama 30 – 60 menit. ASI merupakan hak anak, untuk kelangsungan hidup dan tumbuh kembang secara optimal dan hak ibu untuk menyusui anaknya. Pemberian ASI juga dapat membentuk perkembangan intelegensia, rohani dan perkembangan emosional, karena dalam dekapan ibu selama disusui, bayi bersentuhan langsung dengan ibu serta mendapat kehangatan, kasih sayang dan rasa aman. (Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan RI, 2007)
Berdasarkan hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 pemberian ASI Eksklusif menunjukkan adanya penurunan jumlah bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif dari 39,5% pada tahun 2002/2003 menjadi 32% pada tahun 2007 sehingga terjadi penurunan sebesar 7,5%. Cakupan ASI Eksklusif di Indonesia sebesar 32%, masih jauh dari rata-rata dunia (42,2%), yaitu jumlah ini menurun dari cakupan tahun 2002/2003 sebesar 39,5%. (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, 2008)
Dari data Dinas kesehatan Provinsi Jawa Barat pada tahun 2007 cakupan pemberian ASI Eksklusif sebanyak 502.172 (53,75%) dari jumlah 934.297 bayi. (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, 2008)
Cakupan pemberian ASI Eksklusif di Kabupaten ............. pada tahun 2008 berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten ............. yang diberikan ASI Eksklusif sebanyak 6.419 bayi (33,8%) dari jumlah 19.019 bayi, sedangkan di UPTD Puskesmas Kertajati pada tahun 2008 sebanyak 14 bayi (3,3%) diberikan ASI Eksklusif dari 414 bayi. Angka tersebut menunjukkan bahwa cakupan pemberian ASI Eksklusif di objek penelitian lebih rendah jika dibandingkan dengan cakupan pencapaian ASI Eksklusif di Puskesmas sekitarnya yaitu 50,7 % di Puskesmas Jatitujuh dan 46,9% di Puskesmas Panongan. (Dinas Kesehatan Kabupaten ............., 2009)
Rendahnya pencapaian tersebut salah satunya dipengaruhi perilaku ibu menyusui dalam memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya. Menurut teori Green (Notoatmodjo, 2003) bahwa perilaku ibu dalam pemberian ASI Eksklusif dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain yang terwujud dalam pengetahuan, keyakinan dan nilai yang dianut ibu tentang pemberian ASI pada bayi.
Hasil penelitian Hapsari (2009) tentang Promosi Kesehatan Bidan Pada Bayi di Banjarmasin bahwa bidan mempunyai peranan yang sangat istimewa dalam menunjang pemberian ASI. Peran bidan dapat membantu ibu untuk memberikan ASI dengan baik dan mencegah masalah-masalah umum terjadi.
Berdasarkan hal itu maka peneliti tertarik untuk mengangkat masalah tersebut dalam penelitian yaitu “Apakah ada hubungan peran bidan dan karakteristik ibu menyusui dengan pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja UPTD Puskesmas Kertajati Kabupaten ............. Tahun 2010”

1.2 Rumusan Masalah
Rumusan permasalahan dalam penelitian yaitu masih rendahnya cakupan pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja UPTD Puskesmas Kertajati sebesar 3.3% bayi yang diberikan ASI Eksklusif. Dan yang menjadi pertanyaan penelitiannya adalah “Bagaimana hubungan peran bidan dan karakteristik ibu menyusui dengan pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja UPTD Puskesmas Kertajati Kabupaten .............?”.

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Diketahuinya hubungan peran bidan dan karakteristik ibu menyusui dengan pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja UPTD Puskesmas Kertajati Kabupaten ............. Tahun 2010
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Diketahuinya gambaran pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja UPTD Puskesmas Kertajati Kabupaten ............. Tahun 2010
1.3.2.2 Diketahuinya gambaran peran bidan (layanan konseling dan penyuluhan) di wilayah kerja UPTD Puskesmas Kertajati Kabupaten ............. Tahun 2010
1.3.2.3 Diketahuinya gambaran karakteristik ibu (umur, pendidikan dan pekerjaan) di wilayah kerja UPTD Puskesmas Kertajati Kabupaten ............. Tahun 2010
1.3.2.4 Diketahuinya hubungan layanan konseling dengan pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja UPTD Puskesmas Kertajati Kabupaten ............. Tahun 2010
1.3.2.5 Diketahuinya hubungan penyuluhan dengan pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja UPTD Puskesmas Kertajati Kabupaten ............. Tahun 2010
1.3.2.6 Diketahuinya hubungan umur ibu menyusui dengan pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja UPTD Puskesmas Kertajati Kabupaten ............. Tahun 2010
1.3.2.7 Diketahuinya hubungan pendidikan ibu menyusui dengan pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja UPTD Puskesmas Kertajati Kabupaten ............. Tahun 2010
1.3.2.8 Diketahuinya hubungan pekerjaan ibu menyusui dengan pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja UPTD Puskesmas Kertajati Kabupaten ............. Tahun 2010

1.4 Ruang Lingkup
Ruang lingkup permasalahan pada penelitian ini dibatasi pada masalah peran bidan meliputi layanan konseling dan kegiatan penyuluhan, dan karakteristik ibu menyusui yang diteliti meliputi faktor umur, pendidikan dan pekerjaan, untuk kemudian dicari hubungannya dengan pemberian ASI Eksklusif di objek penelitian yang diukur berdasarkan partisipasi pendapat ibu bayi. Sasaran pada penelitian ini yaitu ibu menyusui bayi usia 6 – 12 bulan.

1.5 Manfaat
1.5.1 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai dokumentasi dan bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya dalam penelitian sejenis sehingga diperoleh penelitian yang lebih baik.
1.5.2 Bagi Lahan Praktek
Diharapkan hasil peneitian ini dapat dijadikan sebagai informasi untuk tenaga kesehatan yang berperan sebagai pemberi pelayanan kesehatan kepada masyarakat terutama kepada ibu menyusui sehingga dapat meningkatkan pelayanan dan penyuluhannya tentang pemberian ASI Eksklusif menjadi lebih optimal.
1.5.3 Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan informasi bagi masyarakat khususnya ibu menyusui tentang manfaat pemberian ASI Eksklusif kepada bayi



Download KTI Skripsi Kebidanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran No.151

untuk melihat kelengkapan isi KTI Skripsi silahkan KLIK DISINI
lihat artikel selengkapnya - Hubungan Peran Bidan Dan Karakteristik Ibu Menyusui Dengan Pemberian ASI Eksklusif Di Puskesmas
iklan2
kti