Sudah menjadi kenyataan banyak ibu, terutama saat kehamilan lanjut, akan merasa pusing bila berbaring telantang. Hal ini disebabkan karena terjadinya penekanan oleh uterus pada vena pelvis mayor, vena cava inferior dan bagian dari aorta desenden (penekanan autocaval) yang akan mengurangi sirkulasi darah ke jantung bagian kanan. Pengurangan aliran darah tersebut mengakibatkan pengurangan oksigenasi ke otak dan dapat mengakibatkan pingsan. Keadaan tersebut, pada umumnya dikenal dengan supine hypotensive syndrome (Sweet ,1997., Chamberlain, 1995), yang dapat mengakibatkan pola denyut jantung janin menjadi abnormal
Sebagian besar peneliti menjelaskan efek fisiologis pada ibu hamil yang berbaring telentang, dilakukan pada kala I persalinan (Diaz, Schwarz dan Caldeyro- Barcia, 1980, Chan 1963, WHO 1993). Namun ada beberapa studi yang meneliti secara spesifik akibat dari posisi telentang dalam kehamilan. Semua studi tersebut menunjukan bahwa posisi ibu mempengaruhi aliran darah melalui vena pelvis major dan pada beberapa kasus melalui sirkulasi uterus dan plasenta, namun posisi telentang memberikan efek paling besar.
Dalam suatu studi terhadap ibu pada kehamilan lanjut, ditemukan bahwa terjadi pengurangan aliran darah sebesar 45% pada tungkai bila ibu tersebut berbaring telentang dibandingkan bila ibu berbaring di sisi kiri (Kinsella, Lee dan Spencer,1990). Hal yang mengherankan dalam studi ini adalah sebagian besar ibu hamil dengan posisi telentang tersebut tidak mengalami penurunan tekanan darah. Namun penelitian lain menyebutkan adanya penurunan tekanan darah bila ibu hamil berbaring telantang. Tanpa melihat akibat dan perubahn fisiologis dari tekanan darah, studi ini dan berbagai studi lainnya menunjukan bahwa terjadi hambatan aliran arah melalui vena pelvis. Hal ini akan berdampak buruk bagi ibu, karena dapat mengakibatkan meningkatnya kecenderungan untuk terjadinya trombosis vena hebat bagi ibu yang memiliki faktor predisposisi. Beberapa penelitian dari berbagai negara melaporkan bahwa posisi telentang juga mengakibatkan menurunnya aliran darah plasenta, yang akan mempengaruhi aliran darah janin (Qu.Kan dan Masahiro, 1994, van Katwijk dan Wadimiroff,1991). Penurunan perfusi plasenta secara periodik dianggap berkontribusi pada pertumbuhan janin yang buruk. Namun pengaruh dari posisi telantang terhadap terjadinya gangguan pertumbuhan janin yang buruk belum terbukti. Walaupun posisi telantang tidak selalu mengakibatkan masalah pada ibu, sebaiknya posisi ini dihindari oleh setiap ibu dengan kehamilan lanjut (Chamberlain, 1995) karena sulit untuk menduga ibu hamil yang akan mengalami sindroma hipotensif karena berbaring telantang
Bila ibu hamil diharuskan untuk berbaring telantang, misalnya untuk anestesi umum, dianjurkan untuk mengganjal sisi kiri panggul bawah dengan bantal agar panggul terangkat. (Mc Crae dan Wildsmith ,1993) Ellington, Katz dkk, 1991) upaya ini telah menunjukan pengurangan penekanan tekanan autocaval
Akhirnya, bidan harus ingat bahwa posisi ibu hamil akan mempengaruhi hasil pengukuran tekanan darah. Dari hasil studi mutakhir disebutkan adanya variasi antar operator yang cukup besar yang dapat mempengaruhi diagnosis tekanan darah tinggi pada kehamilan (Duggan dan Mileer 1998, Brown dan Simpson 1992, Perry, Wilkinson dkk 1991). Untuk alasan ini disarankan agar ibu berbaring pada posisi yang sama setiap pemeriksaan tekanan darah. Hendaknya dibuat pedoman pemeriksaan tekanan darah dalam kehamilan dan diterapkan secara ketat.
0 komentar:
Posting Komentar